Selamat Datang Di Pondok Tnur
  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
  • Catatan Admin

    “Assalamu'alaikum wr.wb. Awal januari 2011 pertama kalinya blog pondok tnur ini dibuatkan oleh suamiku untuk mengisi hari-hariku dengan berbagai macam informasi dan cerita. Berjam-jam bahkan terkadang ku habiskan malam untuk mempercantik blog ini...

  • Kisah Seorang Anak Yang Di Aborsi Di Dalam Rahim Ibu

    Bulan 1: Ma, panjangku itu cuma 2 cm, tapi aku udah ada dibadan mama... aku sayang mama, bunyi detak jantung mama itu jadi musik terindah yang menemaniku di sini. Bulan 2: Ma, aku udah bisa ngisep jari imutku lho, di sini hangat ma, nanti kalau aku...

  • Kisah Mengharukan:Suamiku Maafkan Aku

    Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami...

  • Kisah Seorang Suami Yg menyesal Telah Meninggalkan Istrinya

    Aq mengenalnya saat dalam satu organisasi pemuda Islam, Dia sangat aktif, smart, serba bisa, dan sholehah. Aq sangat tertantang ketika jadi satu dalam forum rapat denganya pendapatnya selalu ku bantah meski ku tau pendapatnya itu benar....

  • Suamiku Aku Cemburu Padanya

    Bismillahirr Rahmanirr Rahim ... Ini adalah cerita dari salah satu Saudaraku yang kucintai karena Allah. Beliau bercerita sedikit kisah hidupnya yang coba untuk kubagi kepada saudara-saudari semoga bisa memberi hikmah. Atau mungkin ada di antara saudara-saudari yang juga mengalami kisah yang sama dengan saudaraku ini??? ...

  • Hadiah Terakhir Dari Sang Ayah (Kisah Sedih mengharukan)

    Di sebuah perumahan terkenal di jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang ayah, sang ibu telah lama mendahuluinya pergi sejak ia masih kecil. . Seorang gadis yg akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana...

  • Anakmu Ingin Bermain Denganmu

    Menjelang malam ada seorang anak kecil sedang duduk diteras sambil melihat-lihat pintu gerbang. Anak kecil itu menunggu kedatangan Mamah dan Papah-nya untuk bisa main denganya. Anak itu tiba-tiba tersenyum dan bangkit dari duduknya setelah melihat Mamahnya membuka pintu gerbang lalu berkata pada Mamahnya...

  • Suamiku Kini Telah Tiada dan Penyesalanku Yang Terus Ada

    Kisah nyata yang akan membuat setiap orang terharu setelah membacanya ini saya dapatkan dari sebuah notes di facebook bernama @Rina Amalina, semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua terutama bagi kaum hawa yg sudah berkeluarga... Ini adalah kisah nyata di kehidupanku...

sperky, prstene
Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Kejadian dalam perjalanan rumah tangga bisa berakibat buruk bila tidak disikapi dengan baik dan bijak. Perlu dipikirkan masak-masak agar perjalanan keuangan yang mulus bisa tetap mulus.
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin menyajikan beberapa kejadian yang sering kali muncul dalam kehidupan keuangan di masa kini. Misalnya, perihal gaji istri yang lebih besar, bagaimana menyikapi bila harus menyantuni keluarga yang kurang mampu atau malah kehidupan keluarga yang masih disubsidi oleh orang tua atau mertua. Agar tidak menambah buruk kondisi keuangan Anda dan pasangan, ada baiknya Anda mengikuti beberapa bagian artikel kita kali ini.



Bila Harus Menyantuni Ipar dan Mertua
 
Urusan ipar dan mertua memang sensitif. Terlebih yang menyangkut soal uang. Kuncinya cuma keterbukaan sejak awal.
Perkawinan di Indonesia, pada dasarnya adalah perkawinan yang melibatkan keluarga besar. Dengan demikian, baik adik, kakak, ayah, maupun ibu, seringkali terlibat atau melibatkan diri ke dalam hidup perkawinan kita. Bahkan, dalam soal-soal yang pribadi pun seperti masalah keuangan, mereka juga terlibat.
Nah, lantaran kepentingan keluarga besar masih sering diperhitungkan, maka membantu ipar/mertua dalam soal keuangan pun sering dilakukan. Biasanya, anak sulunglah, terutama lelaki, yang kerap jadi andalan. Hal ini bisa menimbulkan konflik di antara suami-istri bila sejak awal tak ada keterbukaan.
Memang, bukan berarti perkawinan akan mulus-mulus saja sekalipun, kesediaan menyokong ipar/mertua sudah disepakati kedua belah pihak. Namun, konfliknya bukan bersumber dari suami-istri itu sendiri, melainkan dari si ipar/mertua yang bersikap tak tahu diri.
Misal, si kakak/anak cuma bisa bantu Rp 1.000, tapi si adik/orang tua ngotot minta Rp 10.000. Kalau tak diberi, mereka malah menjelek-jelekkan keluarga kakak/anaknya. Ya, jelas, dong, kalau akhirnya timbul konflik baru gara-gara si ipar/mertua ngelunjak. Ipar/mertua yang demikian sering bersikap dan merasa bahwa kewajiban sang kakak/anaklah untuk membantunya sehingga dia juga ikut "berkuasa" dalam soal keuangan.
Bila hubungan pasutri jadi runyam gara-gara menanggung ipar/mertua, maka masing-masing pihak harus membuka diri untuk mencari solusi. Kalau memang bantuan mau tak mau harus diberikan, buatlah daftar skala prioritas.
Misal, apa saja prioritas pengeluaran suami-istri; apakah untuk anak-anak atau keluarga besar? Bukankah suami-istri juga perlu menabung untuk kebutuhan biaya sekolah anak-anak kelak? Ingat, biaya sekolah zaman sekarang enggak sedikit. Kita harus menabung sejak anak-anak masih balita.
Dengan membuat daftar skala prioritas, pos-pos di luar kebutuhan rutin seperti uang bantuan untuk ipar/mertua, harus didiskusikan bersama seberapa besar dan untuk keperluan apa saja yang boleh disokong. Meskipun suami atau istri dibesarkan dalam keluarga yang sering saling bantu dalam hal keuangan, namun bila sudah menikah hendaknya setiap bantuan yang diberikan kepada adik/orang tua atau keluarga besarnya harus sepengetahuan pasangannya. Artinya, setiap rupiah yang dikeluarkan untuk orang lain di luar keluarga inti, suami dan istri sudah sama-sama tahu dan setuju jumlahnya. Dengan demikian, konflik soal tanggung-menanggung ipar/mertua bisa dihindarkan.
Tentu saja, dalam menyokong ipar/mertua hendaknya dilakukan setelah kebutuhan keluarga inti terpenuhi. Jadi, bantulah sesuai kemampuan, tak usah gengsi soal besarnya.

Masih Disubsidi Orang Tua

 
Tak masalah, kok. Yang penting, pasangan setuju dan orang tua pun tak lantas mengintervensi kehidupan perkawinan anaknya.
Subsidi harus dibedakan dengan hadiah. Subsidi adalah pemberian rutin, sedangkan hadiah hanya diberikan sesekali. Mobil atau rumah yang diberikan sekali setelah menikah, bisa digolongkan sebagai hadiah. Istilahnya, modal dari orang tua atau mertua untuk berumah tangga.
Setelah menikah pun, sebenarnya boleh-boleh saja subsidi dari orang tua salah satu pihak tetap diterima. Tentu dengan syarat, kondisinya benar-benar mendesak. Misal, untuk kebutuhan primer. Di luar itu, seperti subsidi untuk kegiatan bersenang-senang, rasanya tak perlu karena jadinya terlalu berlebihan.
Sebenarnya, wajar saja bila kemudian orang tua/mertua ingin tahu, apakah bantuannya dimanfaatkan seperti yang diharapkan. Namun, tak berarti semua hal boleh dicampurinya. Pemanfaatan subsidi hanya boleh diintervensi sebatas saran. Setiap pasangan hendaknya punya independensi untuk mengelolanya. Antara suami dan istri pun harus ada kesepakatan dulu, apakah subsidi, dalam bentuk apa pun, semisal uang atau kiriman makanan secara rutin, akan mereka terima atau tidak. Setelah itu, apa pun konsekuensi dari keputusan yang diambil bersama, harus diterima.
Yang penting diingat, kendati subsidi jalan terus, sebagai keluarga yang "merdeka dan berdaulat", harusnya suami-istri bisa menolak saran mertua/orang tua yang dirasa tidak pas. Tentu saja penolakannya secara halus agar tak menimbulkan salah paham. Kalau sarannya memang bagus, tak ada salahnya diterapkan.
Masalahnya, yang sering terjadi, karena merasa sudah dibantu, semua yang disarankan mertua/orang tua seakan wajib dilaksanakan. Pada kondisi seperti inilah suami-istri bisa tertekan dan merasa terus diintervensi.
Kalaupun keberatan dengan subsidi yang diberikan, suami-istri harus kompak menyampaikannya dengan cara enak. Misalnya, "Bukannya tidak mau, Ma. Siapa, sih, yang enggak senang masih dipikirin orang tua? Tapi kami juga ingin belajar mandiri. Kami hanya takut jadi kurang termotivasi kalau terus-menerus dibantu. Nanti kalau sampai ada apa-apa, toh, balik-baliknya, ya, ke Papa dan Mama juga."
Jika tak bisa ditolak sama sekali, usulkan baik-baik, bagaimana kalau pemberian hanya diberikan bila ada momen khusus semisal hari raya, ulang tahun, dan sebagainya. Yang sulit ditolak adalah pemberian yang dilakukan secara ikhlas sebagai tanda sayang tanpa menuntut apa pun.
Tentu saja setiap penolakan bisa menyinggung perasaan mereka, lalu subsidi dihentikan. Oleh karena itu, pasangan sudah harus siap mempertahankan apa yang mereka yakini benar dan konsekuen terhadap pilihannya. Termasuk risiko penghentian subsidi dari orang tua/mertua.
Namun, subsidi yang diberikan terus-menerus bisa berdampak buruk. Pasangan yang selalu mendapatkan semua hal dengan mudah, jadi tak termotivasi untuk meningkatkan diri. Sudah menjadi sifat dasar manusia untuk mengulang hal-hal yang menyenangkan hatinya dan menghentikan semua yang tak menyenangkan. Sesuatu yang menyenangkan tadi bisa didapatnya dengan mudah. Alhasil, dorongan untuk mengusahakannya sendiri jadi tak ada.
Jika berlarut-larut, efek dari dampak ini pun nantinya akan sampai ke anak. Orang tua akan kehilangan wibawa di mata anaknya, karena kebutuhan keluarga masih dibantu kakek-neneknya. Bisa-bisa anak lebih menghormati kakek-nenek dibanding orang tuanya. Di sisi lain, anak tak termotivasi untuk mandiri karena semangat itu tak bisa diberikan orang tuanya.


Minder karena Gaji Istri Lebih Tinggi
 
Bagi kebanyakan suami, gaji identik dengan harga dirinya sebagai kepala keluarga. Tak heran bila suami jadi minder hanya gara-gara gaji istrinya lebih tinggi.
Sebenarnya, minder-tidaknya suami tergantung dari kepribadian suami-istri itu sendiri dan sikap serta perlakuan masing-masing terhadap pasangannya. Bila istri rajin mengomel dan gemar mencerca, suami yang normal pun lama-lama akan minder. Sementara suami yang kurang PD alias tak percaya diri, tetap saja dibayangi rasa rendah diri, kendati istrinya sama sekali tak pernah mempersoalkan gajinya yang lebih tinggi.
Suami yang kurang atau malah enggak PD dan konsep harga dirinya rendah, umumnya juga kurang mampu membina hubungan interpersonal yang baik dengan siapa saja, bukan cuma dengan istrinya.
Pria tipe begini, bila memiliki istri berkedudukan/bergaji lebih tinggi, biasanya akan menjadikan dirinya makin merasa tak berarti. Celakanya, dalam keadaan seperti itu, tiap orang, termasuk suami, memiliki beragam defense untuk mempertahankan harga dirinya yang bisa berkembang menjadi konflik tak terselesaikan.
Sementara istri yang cenderung meremehkan suami, boleh jadi karena sejak kecil tak pernah melihat banyak uang atau merasakan kemewahan. Di saat mendapat kelimpahan materi, ia cenderung mudah lupa. Meski bukan tak mungkin suami-istri tersebut sebetulnya memang sudah bermasalah dan enggan mencari solusi yang sehat. Si istri, misalnya, sengaja menggunakan kesempatan dan cara-cara tersebut untuk balas dendam atau menyakiti suaminya. Padahal, kalau ada sesuatu yang tak beres, harusnya dikomunikasikan, bukan malah mencari jalan keluar ngawur semacam itu.
Faktor lain, istri dominan. Istri model ini umumnya memiliki need of power yang tinggi dan tak bisa mengendalikan emosi. Hati-hati, lo, Bu, dominasi istri, bisa mendorong suami mencari perempuan lain yang membuat dirinya merasa dihargai sebagai lelaki. Sekalipun ia mesti menghamburkan uang untuk "membeli" pengakuan tadi.
Sebenarnya, jika masalah di antara suami-istri cuma sebatas gaji, tak akan sampai menimbulkan konflik. Seberapa pun harga dirinya tersinggung, suami yang bersikap dewasa pasti mampu mengontrol dirinya. Ia akan mengajak istrinya berbicara kala si istri mulai menampakkan perilaku yang kurang menyenangkannya. Begitu juga istri yang dewasa, akan menegur dengan gaya bicara yang menyenangkan saat merasa tak nyaman dengan kondisi suaminya. Jadi, bukan berupa kritik pedas yang menyudutkan apalagi menjatuhkan atau menghancurkan.

Demikianlah beberapa kejadian kehidupan yang terkadang bisa mengubah arah perjalanan keuangan yang tadinya baik malah bisa berantakan. Semoga ulasan singkat ini menambah wawasan serta pengetahuan Anda. 

(sumber:shabriena.blogspot.com)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 1 komentar

Orang tua dulu selalu bilang, bayi jangan dibiasain digendong, nanti jadi manja.  Pola pikir itu cukup mempengaruhi saya, sampai saya membaca beberapa artikel menarik (judulnya Sling Babies dan BELIEVE IT OR NOT . . . YOU CAN’T SPOIL AN INFANT) yang berhasil mengubah pemikiran saya.

Seperti manusia dewasa pada umumnya, bayi tidak hanya memiliki kebutuhan fisik (seperti susu, makan, berpakaian, mandi) yang harus dipenuhi, tapi juga kebutuhan emosional.  Seperti yang dikatakan di salah satu artikel itu, “the need for attachment, feelings of safety, security and belonging is the first, and many believe the most important need of an infant”…  jadi jangan berpikir setelah bayi Ibu kenyang dan bersih, dia nggak butuh apa-apa lagi!  Ya, bayi Anda butuh dipeluk, digendong, dihibur, dia butuh tahu bahwa dia disayang dan berarti… bahwa ibunya selalu ada di sampingnya dan siap memenuhi segala kebutuhannya…

Dan satu kutipan lagi yang menarik, “Consistently responding to a baby’s needs will foster feelings of safety, security and trust . . . crucial elements for good mental health and healthy relationships.”  Jadi memenuhi kebutuhan emosional bayi Ibu dengan cara menggendongnya, menghiburnya, mengajaknya bermain, tidak akan membuat bayi menjadi manja, sebaliknya, hal itu justru akan menjadi dasar terbentuknya mental yang sehat.  Beberapa riset menunjukkan bahwa bayi yang sering digendong akan  memiliki rasa percaya diri yang lebih besar daripada bayi yang jarang digendong.  Bayi juga lebih cepat mandiri, dan motoriknya lebih cepat berkembang!

Ternyata selama ini pemikiran bhw bayi semakin sering digendong jd manja itu SALAH

Jenis Gendongan bayi

1. Gendongan Bayi Cukin/Selendang batik
Gendongan bayi ini paling popular kali ya di Indonesia.  Harganya murah, dan barangnya lumayan gampang didapat.  Tapi nggak semua orang bisa make ini.  Saya aja sampai sekarang nggak pernah bisa make selendang ini :)
2. Gendongan Bayi Ring Sling
Terdiri dari selembar kain yang dijahit, terus ada ring besinya yang fungsinya buat mengencangkan ikatan.  Lumayan gampang pakenya, tapi kalo buat anak yang gemuk atau sangat aktif gendongan ini nggak aman!  Anak saya pernah melorot jatuh gara-gara dia meronta saat digendong!  Baca pengalaman saya disini.
3. Other Baby Sling
Di luar negeri ada banyak banget model baby sling.  Ada yang bentuknya seperti tas, jadi baby bisa dimasukkan ke dalamnya, baru sling-nya disampirin ke bahu.  Terus ada juga model seperti ring sling tapi nggak pake ring, melainkan pake strap untuk mengencangkan/melonggarkan sling.  Ada juga sling yang ukurannya udah fix, jadi belinya harus sesuai ukuran pemakainya (repot ya kalo yang model ini, kalo kita tambah gendut berarti slingnya nggak bisa kepake lagi dong?:)) Keren-keren sih, tapi kebanyakan sling ini cuma bisa dipake dari newborn sampai berat sekitar 9 kg.  Dan sling yang model tas itu cuma bisa satu posisi untuk bayi (bayinya nggak bisa digendong model tegak)…
4. Front Baby Carrier
Yang ini gendongan bayi model kangguru.  Ada banyak merk, Chicco, tommee tippee dll.  Kurang lebih bisa sampai berat 12 kg an.  Gendongan model ini nyaman sih dipakenya, tapi kalo kelamaan digendong ini kasian babynya, karena berat tubuhnya berpusat di pelvis/selangkangan. Anakku kalo digendong pake ini (punyaku merk tommee tippee) selangkangannya jadi iritasi :(
5. Baby Wrap
Menggendong bayi dengan metode Baby Wrap belum terlalu dikenal di Indonesia, tapi di luar negeri justru ngetrend banget.  Banyak mommies disana memilih menggendong babynya dengan cara ini, karena cara ini memiliki banyak kelebihan dibandingkan cara-cara lain, diantaranya :
- Praktis dan efisien.  Sambil menggendong bayi, ibu bisa menyelesaikan berbagai pekerjaan rumah atau mungkin, merawat anak yang lebih besar.
- mempererat komunikasi antara Ibu dan bayi.  Ibu merasa nyaman karena dapat menyelesaikan pekerjaannya, sekaligus berada dekat dengan bayinya.  Sementara bayi juga menjadi lebih tenang dan percaya diri karena dia tahu bahwa ibunya berada di dekatnya dan siap memenuhi segala kebutuhannya (baca
- memudahkan ibu untuk menyusui bayi.
- Memudahkan Ibu dalam bepergian.  Ibu dapat membawa bayi kemanapun dia ingin pergi.  Harus naik tangga atau melewati jalanan yang curam?  Tidak masalah!

(sumber:http://sleepywrapindonesia.com/bayi-digendong-jadi-manja-%E2%80%93-mitos-atau-fakta.html)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Seorang anak kecil sedang bermain sendirian dengan mainannya. Sedang asyik-asyiknya bermain tiba-tiba mainannya itu rusak. Dia mencoba untuk membetulkannya sendiri, tapi rupanya usahanya itu dari tadi sia sia saja. Maka dia mendatangi ayahnya untuk minta ayahnya itu yang membetulkannya.

Tapi sambil memperhatikan ayahnya dia terus memberikan instruksi kepada ayahnya, “Ayah, coba lihat bagian sebelah kiri, mungkin di situ kerusakannya.” Ayahnya menurutinya, tapi ternyata belum betul juga mainannya.

Maka dia memberi komentar lagi,” Oh, bukan di situ Yah, mungkin yang sebelah kanan, coba lihat lagi deh Yah.” Kali ini ayahnya juga menurutinya, tapi lagi-lagi mainannya itu belum betul.
“Kalau begitu coba yang di bagian depan Yah, kali aja masalahnya ada di situ.” Kali ini ayahnya marah,” Sudah, kalau kamu memang bisa, mengapa tidak kamu kerjakan sendiri saja? Jangan ganggu Ayah lagi. Ayah banyak kerjaan lain.”

Tapi setelah dia mencoba beberapa saat untuk membetulkan sendiri dan masih belum berhasil, maka akhirnya dia kembali kepada ayahnya sambil merengek. “Tolonglah Yah, aku suka sekali mainan ini, kalau rusak begini bagaimana? Tolong Ayah betulkan supaya bisa jalan lagi ya”

Karena tidak tega mendengar rengekan anaknya, si ayah akhirnya menyerah,” Baiklah Nak. Ayah akan membetulkan mainanmu asal kamu berjanji tidak boleh memberitahu Ayah apa yang harus dilakukan. Kamu duduk saja dan perhatikan Ayah bekerja. Tidak boleh mencela.”
Ketika ayahnya sedang memperbaiki mainannya, si anak mulai berkomentar lagi,” Jangan yang itu Yah, kayaknya bagian lain yang rusak.”

Tapi kali ini ayahnya berkata, ” Kalau kamu berkomentar lagi, mainan ini akan ayah lepaskan dan silahkan kamu berusaha sendiri.” Akhirnya karena takut ayahnya akan benar-benar melakukan apa yang dikatakannya, anak itu diam dan duduk manis melihat ayahnya membetulkan mainannya sampai bisa berjalan lagi tanpa mengeluarkan komentar apa pun.

Seperti anak kecil itu, kita pun sering kali berserah kepada Tuhan tapi masih ingin mengatur Tuhan bagaimana sebaiknya jalan hidup kita. Bila kita sungguh-sungguh pasrah kepada kehendak Tuhan, maka niscaya Tuhan yang adalah Maha Tahu dan sangat mencintai kita akan melakukan yang terbaik, lebih dari apa yang bisa kita pikirkan dan doakan, sesuai dengan kehendak-Nya. Biarlah Tuhan menjadi Tuhan, banyak manusia mengalami kegagalan dan ketidak seimbangan dalam hidup, karena sering mengambil alih pekerjaan Tuhan.
(sumber:www.kisahinspiratif.com)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

 Penonton setia acara Nanny 911 pasti tak asing dengan nama Nanny Stella. Acara ini memiliki banyak penonton karena para nanny yang terlibat harus membantu keluarga tersebut mencapai kerja sama dan mengubah kekacauan menjadi ketenangan hanya dalam waktu 7 hari.

Beberapa waktu lalu, Nanny Stella mengunjungi Jakarta untuk berbagi 11 aturan dasar (11 Commandments) dalam membesarkan anak. Aturan-aturan ini ia buat bersama salah seorang sahabatnya, Nanny Deb, yang juga ikut dalam acara tersebut. Pengalamannya selama kurang lebih 15 tahun dalam mengasuh anak, ditambah pendidikannya selama 2 tahun di National Nursery Education Board membuatnya percaya diri untuk menerbitkan 11 aturan dasar ini. Menurutnya, aturan dasar ini lintas usia, lintas negara, tidak situasional, tidak emosional, absolut, dan dibuat untuk menghindari tindakan-tindakan buruk yang bisa saja terjadi di masa mendatang.
Berikut adalah 11 aturan tersebut, yang disampaikan Nanny Stella dalam seminarnya di JITEC, Mangga Dua Square, Jakarta, Sabtu (7/12/09) lalu.
1.  Bersikap konsisten
Tidak artinya tidak. Ya, artinya ya. Jika Anda ingin memberlakukan “timeout” kepada anak Anda, lakukanlah. Jangan berhenti atau membatalkan hal tersebut hanya karena ada gangguan.
2.  Setiap tindakan punya konsekuensi
Tingkah laku yang baik mendapat imbalan. Tingkah laku buruk mendapat hukuman. Berikan penjelasan jika memang ada imbalan untuk sesuatu yang baik yang ia lakukan, atau hukuman jika ia melakukan kesalahan. Misal, Anda sekeluarga akan berlibur ke tempat liburan yang menyenangkan jika anak bisa meraih angka bagus di rapor. Atau, jika malas belajar, ia akan tinggal kelas.
3.  Katakan seperti apa yang Anda inginkan
Berpikirlah sebelum bicara, atau rasakan akibatnya. Jika si anak pernah melanggar perintah Anda, maka hukumannya pun harus jelas, dan Anda harus melakukan hukuman tersebut. Jika Anda melanggar sistem ganjaran Anda sendiri, maka si anak akan terbiasa mengabaikan hukuman yang Anda tetapkan untuk hal-hal lain. Bersiaplah, karena hal ini akan berujung pada pembangkangan.
4.  Orangtua bekerja sama sebagai satu tim
Kalau Anda dan pasangan tidak saling setuju dalam satu hal, anak Anda tidak akan tahu siapa yang harus ia dengarkan. Hasilnya, ia tak akan mendengarkan siapa pun. Ini tak hanya berlaku untuk Anda dan pasangan saja, tetapi juga untuk semua orang yang berada di tempat Anda membesarkan si anak. Entah itu pengasuh, ibu-ayah, kakek-nenek, paman-bibi, semua yang terlibat dengan si anak. Jangan sampai ada yang memiliki kata-kata yang saling bertolak belakang, karena anak bisa bingung dan malah berakibat buruk baginya.
5.  Jangan berjanji jika tak bisa ditepati
Kalau Anda menjanjikan sesuatu kepada si anak, pastikan janji tersebut terpenuhi. Jika Anda tak pasti bisa memberikan janji tersebut kepada anak, lebih baik jangan dikatakan. Karena ingkar janji bisa jadi hal yang sangat menyakitkan untuk anak.
6.  Dengarkan anak-anak Anda
Akui perasaan mereka. Katakan, “Ibu mengerti”, tapi ucapkan dengan sungguh-sungguh, lalu luangkan waktu untuk benar-benar mendengarkan Anda. Karena mereka butuh orang yang bisa dan mau mendengarkan keluh-kesah mereka. Jika mereka bersandar kepada orang yang salah, hasilnya bisa menjadi hal yang tak benar untuknya. Cobalah untuk menjadi sahabat mereka dan dengarkan apa yang mereka rasakan. Rasakan nikmatnya menjadi orang terdekat yang mengerti mereka.
7.  Tentukan rutinitas
Rutinitas membuat anak Anda merasa aman dan memberi struktur terhadap waktu yang mereka miliki. Namun tak selalu berarti harus mengikuti jadwal sesuai jam. “Rutinitas itu penting, agar anak-anak jadi tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Tak perlu berdasarkan jam, berdasarkan rutinitas juga bisa. Dengan demikian mereka belajar keteraturan. Misalnya, usai bermain di sore hari, mereka mandi, makan malam, sikat gigi, cuci kaki, lalu tidur,” ujar Nanny Stella.
8.  Rasa hormat berlaku dua arah
Kalau Anda tidak menghormati anak Anda, mereka tidak akan menghormati Anda. Hukumnya “perlakukan orang lain seperti Anda ingin diperlakukan”. Menghormati mereka dengan memberikan apa yang menjadi hak mereka tanpa menunda, juga mendengarkan apa yang mereka ingin katakan.
9.Penguatan positif lebih baik dari penguatan negatif
Sanjungan, pujian, dan kebanggaan jauh lebih bermanfaat daripada bersikap nyinyir, negatif, dan mengacuhkan. Lebih baik mengucapkan penguatan positif kepadanya untuk menyampaikan maksud Anda, bukan menunjuk ke suatu kata sifat yang melabeli. Misalnya, “Mama senang sekali melihat usaha kamu meningkatkan nilai Matematika kamu” lebih baik ketimbang, “Kamu pintar. Nilai Matematika kamu sudah naik 1 angka di rapor”. Ketika Anda melabeli suatu titik, ia akan berhenti di sana dan tidak berusaha untuk berkembang.
10.         Tingkah laku adalah hal yang universal
Tingkah laku yang baik diterima oleh siapa pun. Contohkan padanya untuk mengucapkan “terima kasih, tolong, atau maaf” kepada orang-orang yang bersinggungan. Di mana pun, sopan-santun selalu diperlukan. Ajarkan tata krama kepadanya lewat tindakan Anda. Anak seperti kaset kosong yang merekam apa pun yang mereka lihat dari orang-orang, atau apa yang ia saksikan. Maka, berikan contoh terbaik kepadanya.
11.  Definisikan peran Anda sebagai orangtua
Bukan tugas Anda untuk membuat anak menempel pada Anda. Tugas Anda adalah mempersiapkan anak untuk menghadapi dunia luar, dan membiarkannya menjadi diri sendiri. Jangan selalu menempel dan membantunya mengerjakan segala hal. Sesekali ia pun harus belajar menghadapi rasa sakit hati, rasa gagal, juga rasa tak mampu. Ini penting agar ia bisa mencari jalan untuk mengatasi keterbatasannya.
(sumber:kompas.com)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

  1. Mengurangi daya stress yang ditimbulkan oleh beraneka ragam persoalan hidup yang kita alami mereka yang suka malas berdoa akan lebih mudah untuk mengalami stress
2. Menurunkan tingkat emosi atau kemarahan mereka yang lebih sering berdoa akan lebih mampu mengendalikan diri dalam hal emosi dan kemarahan mereka yang sedang mau marah dan kemudian berdoa niscaya emosinya menjadi stabil
3. Mengurangi bahkan menghilangkan rasa putus asa mereka yang tekun berdoa akan memiliki kemampuan lebih untuk tidak mudah putus asa saat berada dalam kegagalan dibanding mereka yang jarang bahkan sama sekali malas berdoa
4. Meningkatkan ketegaran hati mereka yang lebih tekun berdoa akan lebih tegar menghadapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar yang dikehendakinya bahkan peristiwa pahit sekalipun
5. Meningkatkan daya tahan tubuh dari penyakit-penyakit yang disebabkan gangguan psikis dengan ketekunan dalam berdoa, seseorang akan memiliki daya tahan secara fisik karena mampu untuk menghadapi dan menjalani kehidupan dengan segala peristiwanya dalam terang Kehendak Allah, sehingga tubuh tidak menjadi mudah lemah karena beban pikiran dan pekerjaan (bhs Jawa Nrimo)
6. Membuat orang menjadi lebih terbuka terhadap kelemahan dan kekurangan sesama mereka yang tekun berdoa dengan baik memiliki sikap yang lebih terbuka terhadap sesamanya karena ia akan terbantu dalam doa-doanya untuk menyadari juga kelemahan-kelemahan nya sendiri
7. Meningkatkan daya cinta kasih kepada diri sendiri dan orang lain ketekunan dalam doa membuat seseorang memiliki relasi intim dengan Tuhan Allah. Allah sendiri adalah kasih maka mereka yang tekun berdoa niscaya memiliki daya cinta kasih yang lebih kepada diri sendiri dan sesamanya. Mereka yang terjerumus dalam narkoba pastilah orang yang tidak tekun berdoa karena tidak mampu mencintai dan mengasihi diri sendiri
8. Meningkatkan kemampuan dalam mengembangkan diri. Seseorang yang dalam hidupnya tekun untuk berdoa akan memiliki kekuatan dan kemampuan untuk mengembangkan diri dengan lebih maksimal, karena ia akan semakin memahami talenta-talenta yang Tuhan berikan dan bagaimana seharusnya dikembangkan
9. Menjadikan yang tidak baik menjadi baik setiap orang yang tekun berdoa akan memiliki kemampuan untuk merubah yang tidak baik menjadi baik, dibandingkan mereka yang malas berdoa justru menjadikan yang baik menjadi buruk
10. Layak menerima keselamatan. Dengan berdoa tekun seseorang mendapatkan kesempatan untuk semakin kuat dan bahkan karena relasinya yang baik dengan Allah selagi di dunia ini ia juga akan mengalami yang sama kelak di keabadian
(sumber:www.kisahinspiratif.com)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Jangan pernah berhenti bermain karena Tua, justru akan menjadi tua karena berhenti bermain. Rahasia agar tetap awet muda adalah tetap menemukan humor setiap hari dan mempunyai mimpi. jika kehilangan mimpi, kamu akan mati. Ada banyak sekali orang yang berjalan disekitar kita yang mati namun mereka tak menyadarinya.
Sungguh jauh berbeda antara menjadi tua dan menjadi dewasa. Seseorang berumur sembilan belas tahun dan berbaring ditempat tidur selama satu tahun penuh, tidak melakukan apa-apa, orang tersebut tetap akan akan berubah menjadi dua puluh tahun. Bila anda berusia delapan puluh lima tahun dan tinggal ditempat tidur selama satu tahun, tidak melakukan apa-apa, anda tetap akan menjadi delapan puluh enam tahun.
Setiap orang pasti menjadi tua, hal itu tidak membutuhkan suatu keahlian atau bakat. Tumbuhlah dewasa dengan selalu mencari kesempatan dalam perubahan dan jangan pernah menyesal, karena orang yang sudah tua usianya biasanya tidak menyesali apa yang telah diperbuatnya, tetapi lebih menyesali apa yang tidak diperbuatnya. Dan orang yang takut mati adalah mereka yang hidup dengan penyesalan.
Sadarilah….
Tidak ada yang terlambat untuk apapun yang bisa kita lakukan.
Ingatlah ….
Menjadi tua adalah kepastian, tetapi menjadi dewasa adalah pilihan.
Sediakanlah waktu untuk….

·      Berpikir, karena itulah sumber kekuatan
·      Bermain, itulah rahasia awet muda
·      Membaca, menjadi landasan kebijaksanaan
·      Berteman, jalan menuju kebahagiaan
·      Bermimpi, itulah yang akan membawa anda ke bintang
·      Mencintai dan dicintai, itulah hak istimewa Tuhan
·      Lihat sekeliling anda, hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.
·      Dan sediakan waktu untuk tertawa, karena itulah musik jiwa.
( sumber:www.kisahinspiratif.com)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 1 komentar

Banyak perempuan, kaum istri terkecoh dengan iklan. Pakaian, perhiasan, parfum dan asesori ditampilkan seolah akan membuat si perempuan jadi lebih cantik dan dicintai suami. Tidak semuanya salah dari iklan tersebut, hanya banyak kaum istri  lupa bahwa kecantikan itu pertama-tama datang dari dalam hatinya. Kecantikan batiniah.
Pesona lahiriah akan merosot dari tahun ke tahun, tetapi tidak demikian kecantikan batiniah. Ia akan diperbaharui dari hari ke hari menjadi lebih cantik dan indah serta mempesona.
Kecantikan batiniah adalah, berupa sifat, watak, karakter dan ketrampilan olah batin dari wanita. Wanita yang punya kecantikan batiniah lebih berharga dari pada permata. Kecantikan batiniah adalah perhiasan yang selalu melekat dalam diri wanita yang menggunakannya. Sesejatinya para pria  yang takut akan Tuhan lebih menyukai dan peduli dengan kecantikan batiniah ini.
Kecantikan batiniah antara lain bercirikan:
1. Peduli dan suka berbuat baik
2. Rajin dan suka bekerja, terutama mengurus keperluan suami dan anak dengan baik
3. Tidak suka bersungut, cerewet atau mengumbar kemarahan.
4. Rajin bekerja di rumah tanpa membanggakan diri
5. Trampil berkomunikasi dengan siapa saja, terutama dengan pembantu rumah tangga sehingga betah
6. Perkataan mulutnya mendatangkan hikmat dan kelembutannya membuat anak-anak suka pengajaran sang Ibu
7. Anak dan suami menjadi suka bertemu, sbab sang Ibu enak diajak ngobrol
8. Tunduk dan menghargai (respek) suami, sebagai kepala rumah tangga. Ia respek meski dia memiliki banyak kelebihan dari suaminya. Meski dia punya jabatan dan penghasilan lebih tinggi. Ia respek meski tahu kelemahan suaminya.
9. Hidup saleh, baik mengelola keuangan maupun dalam kehidupan seksnya
10. Berjiwa lembut dan berhati tenteram, terutama saat berkomunikasi
11. Percaya diri, dan tidak pelit menghargai (memuji) suami
12. Beriman dan penuh pengharapan kepada Allah, sehingga tidak mudah kecewa.
13. Merawat tubuh dengan baik sebagai baitNya
Kecantikan batiniah ini bersifat progresif (bertumbuh). Para istri perlu merawat dan menumbuhkannya agar semakin hari semakin nyata dan terasa bagi pasangan.
Jika anda punya kecantikan batiniah, hati suamimu akan percaya (trust) kepadamu dan dia akan merasa sangat beruntung. Suamimu akan selalu merasa bersyukur kepada Allah atas dirimu. Dia juga tak segan memuji-muji engkau di depan sahabat dan kerabatnya.
Akhirnya, tidak  ada yang salah dengan kecantikan lahiriah. Tapi tidak semua orang memilikinya.  Ingat itu juga bukan segala-galanya. Ada kecantikan yang setiap orang bisa mengusahakan untuk memilikinya, kecantikan batiniah.  Dalam banyak  kasus konseling kami, kecantikan lahiriah malah kadang menjadi sumber bencana.  Karena itu marilah waspada sambil mencamkan kata bijak seorang Raja kuno  ini :
Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia,
tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.
Julianto & Roswitha (Pelikan Indonesia)
Penulis buku : “Mencinta hingga Terluka” (Gramedia)
& Buku  “Mengubah Pasangan Tanpa Perkataan” (VISI Press - Bandung)
(sumber:http://kesehatan.kompasiana.com/seksologi/2011/03/28/kecantikan-batiniah-lebih-menggoda-hati-pria/)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 1 komentar

 “Aku bingung Nyai, sekarang aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.” Tanpa sadar, kata-kata keluhan itu keluar dari mulutnya.
“Dan aku pun tidak tahu, apa yang selama ini aku lakukan itu benar atau salah” keluhnya kembali.
“Kalau kita tahu apa yang kita lakukan itu benar, maka kita tidak akan pernah bisa belajar dari kesalahan, Kang Mas” ujar sang istri tercinta mencoba untuk mengingatkan suaminya.
“Mungkin, aku menganggap hidup ini terlalu sederhana bagiku. Apa aku harus bertindak yang sebaliknya?” ujarnya kembali.
“Jika Kang Mas bertindak yang sebaliknya, mungkin aku tidak akan pernah bisa mengenal seorang Darwis yang tangguh seperti sekarang ini” nasehat dari sang istri terucap kembali.
Kemudian istrinya kembali berkata, “Sejak saat pertama kali kita bertemu, Aku mengenalmu lain daripada pemuda yang lain. Engkau bisa melihat adanya suatu kebenaran ketika yang lain belum bisa melihatnya. Engkau berani merubah adanya suatu kekeliruan ketika yang lain tidak berani merubahnya.”
Sejenak dia berhenti, untuk menghela nafas dan melanjutkan kembali perkataannya, “Oleh karena itulah, ketika engkau melamarku dulu, Aku tidak perlu lagi melakukan Sholat Istikharah seperti yang Ayah sarankan kepadaku. Karena Aku sudah yakin dengan pilihan hatiku. Aku hanya bisa berhajat kepada Allah, semoga engkau bisa menjadi Imam dan pemimpin yang baik bagi diriku dan tentunya juga berguna bagi umat” ucapnya sambil tersenyum. :)
Tak disangka, kata-kata yang terucap dari mulut sang istri tercinta sangat menyentuh hatinya. Digenggam tangan istrinya erat-erat. Dia coba tahan dengan sekuatnya air mata yang terasa mulai keluar dari kelopak matanya yang sudah mulai keriput.
Istrinya kemudian mencoba untuk menghibur suaminya dengan membacakan sebuah potongan ayat dalam Alqur’an, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan meneguhkan kedudukanmu.” (Qs. Muhammad: 7)
“Aku yakin, Kang Mas pasti bisa melewati semua ujian dan tantangan dalam dakwah ini. Percayalah, Allah pasti akan selalu bersamamu. Apa pun yang terjadi, tentunya Aku akan selalu ada di sampingmu” ujar sang istri tercinta kembali menguatkan hati suaminya.
Kata-kata dan nasehat yang keluar dari mulut sang istri pun kembali menggugah semangatnya. Tidak ada lagi kesedihan, tidak ada lagi ke-putus-asa-an, dan harapan itu seolah datang untuk menyambutnya kembali.
Dia sangat bersyukur sekali karena telah dikaruniakan seorang istri yang soleha. Seorang istri yang bisa menghiburnya di saat sedih, mengingatkan dirinya di saat terlupa dan menasehatinya di saat mulai putus asa.
******
Sungguh benar, harta dan perhiasan yang paling berharga di dunia ini bagi seorang suami adalah istri yang SOLEHA.
Semoga bisa memberi inspirasi bagi teman-teman semua. Apabila ada kesamaan nama tokoh dan kejadian pada cerita di atas, itu hanya kebetulan saja. :)
-inspirasi Sang Pencerah-
(sumber:http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/09/26/curhat-sang-suami/)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 1 komentar

 Bila sebuah rumah yang tidak berpenghuni, ada jendelanya yang pecah, dan tidak segera diperbaiki, maka sebentar lagi akan ada maling masuk dan mencuri barangnya, kemudian akan ada orang lagi mengambil perabotnya, dan kemudian ada lagi yang akan mencuri jendela nya, dan kemudian kusen nya pun akan sekalian dicopot, dan seterusnya.

Sebaliknya bila ...jendela yang pecah itu segera diperbaiki, orang tidak akan berani mencuri karena menganggap bahwa rumah tersebut dijaga dan diawasi orang, dan rumah itu tetap akan dalam kondisi utuh untuk waktu yang lama.

Dalam banyak kehidupan bisnis dan pribadi kita, konsep ini berlaku secara umum dan konsiten. Bila kita memahaminya maka kita akan dapat menggunakannya untuk keuntungan kita.

Bilamana karyawan anda dikantor dibiarkan terlambat 10 menit dari waktu kerja yang seharusnya, maka besoknya ada lagi yang terlambat 20 menit, dan akhirnya semua akan serba terlambah sampai sejam sekalian dan produktifitas terganggu.

Korupsi kecil dibiarkan, menjadi lebih banyak, lebih besar, seperti wabah virus yang menyebar kemana mana, dan setiap kali menjadi semakin besar semakin parah.

Kebiasaan pribadi penundaan kerja, satu hal kita tunda dan biarkan, hal kedua ikut juga, akhirnya seluruh persoalan tertunda semuanya, dan menunda menjadi kebiasaan kita.

Mengatasi persoalan ketika masih belum membesar dan belum menjadi budaya perusahaan akan membuat kerja kita lebih produktip dan perusahaan lebih maju. Memperbaiki kekeliruan pribadi akan lebih mudah waktu persoalan itu masih kecil. Selamat berpikir dan membuat strategi lebih produktip menuju sukses.
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

 Dikisahkan, biasanya di hari ulang tahun Putri, ibu pasti sibuk di dapur memasak dan menghidangkan makanan kesukaannya. Tepat saat yang ditunggu, betapa kecewa hati si Putri, meja makan kosong, tidak tampak sedikit pun bayangan makanan kesukaannya tersedia di sana. Putri kesal, marah, dan jengkel.
"Huh, ibu sudah tidak sayang lagi padaku. Suda...h tidak ingat hari ulang tahun anaknya sendiri, sungguh keterlaluan," gerutunya dalam hati. "Ini semua pasti gara-gara adinda sakit semalam sehingga ibu lupa pada ulang tahun dan makanan kesukaanku. Dasar anak manja!"

Ditunggu sampai siang, tampaknya orang serumah tidak peduli lagi kepadanya. Tidak ada yang memberi selamat, ciuman, atau mungkin memberi kado untuknya.

Dengan perasaan marah dan sedih, Putri pergi meninggalkan rumah begitu saja. Perut kosong dan pikiran yang dipenuhi kejengkelan membuatnya berjalan sembarangan. Saat melewati sebuah gerobak penjual bakso dan mencium aroma nikmat, tiba-tiba Putri sadar, betapa lapar perutnya! Dia menatap nanar kepulan asap di atas semangkuk bakso.

"Mau beli bakso, neng? Duduk saja di dalam," sapa si tukang bakso.

"Mau, bang. Tapi saya tidak punya uang," jawabnya tersipu malu.

"Bagaimana kalau hari ini abang traktir kamu? Duduklah, abang siapin mi bakso yang super enak."

Putri pun segera duduk di dalam.

Tiba-tiba, dia tidak kuasa menahan air matanya, "Lho, kenapa menangis, neng?" tanya si abang.

"Saya jadi ingat ibu saya, Bang. Sebenarnya... hari ini ulang tahun saya. Malah abang, yang tidak saya kenal, yang memberi saya makan. Ibuku sendiri tidak ingat hari ulang tahunku apalagi memberi makanan kesukaanku. Saya sedih dan kecewa, bang."

"Neng cantik, abang yang baru sekali aja memberi makanan bisa bikin neng terharu sampai nangis. Lha, padahal ibu dan bapak neng, yang ngasih makan tiap hari, dari neng bayi sampai segede ini, apa neng pernah terharu begini? Jangan ngeremehin orangtua sendiri neng, ntar nyesel lho."

Putri seketika tersadar, "Kenapa aku tidak pernah berpikir seperti itu?"

Setelah menghabiskan makanan dan berucap banyak terima kasih, Putri bergegas pergi. Setiba di rumah, ibunya menyambut dengan pelukan hangat, wajah cemas sekaligus lega,

"Putri, dari mana kamu seharian ini, ibu tidak tahu harus mencari kamu ke mana. Putri, selamat ulang tahun ya. Ibu telah membuat semua makanan kesukaan Putri. Putri pasti lapar kan? Ayo nikmati semua itu."

"Ibu, maafkan Putri, Bu," Putri pun menangis dan menyesal di pelukan ibunya. Dan yang membuat Putri semakin menyesal, ternyata di dalam rumah hadir pula sahabat-sahabat baik dan paman serta bibinya. Ternyata ibu Putri membuatkan pesta kejutan untuk putri kesayangannya.
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Tiap orang tua tentu ingin membangun citranya tersendiri di mata anak. Sebagian masih ada yang menarik jarak dengan anak- anaknya. Konon, demi menjaga wibawa.

Bagaimana menjadi orang tua yang sukses dalam mendidik anak? Berikut ini tipsnya:

* Bantu anak bangkit. Berapapun usianya, anak tetaplah buah hati yang Anda ingin terus lindungi. Terkadang, hal-hal buruk menimpa mereka tanpa bisa Anda cegah. Saat itu terjadi, bantulah mereka untuk bangkit. Hindari menghakiminya. Jauhi kalimat, “Benar, kan, kata orang tua!” Sebaliknya, siapkan bahu Anda untuknya bersandar, menangis melepas kesedihan.

* Prioritaskan kebutuhannya. Begitu Anda menjadi orang tua, singkirkan ego pribadi. Sekarang, semuanya tentang anak. orang tua yang baik akan menempatkan kebutuhan anaknya sebagai prioritas.

* Limpahi mereka dengan kasih sayang. Pada anak yang lebih muda, kata-kata sayang akan kurang terasa kesannya. Tunjukkan perasaan Anda dengan menikmati waktu bersamanya, memeluknya, bermain, atau sekadar ada di sisinya.

* Luangkan waktu khusus untuk berinteraksi dengan anak. Anak tidak memerlukan hadiah nan mahal atau uang. Mereka ingin mengisi waktu dengan hubungan yang berkualitas dengan orang tuanya.

* Nikmati kehidupan Anda. Ketika Anda bahagia, rasa gembira akan terlihat membekas pada perilaku Anda dan itu menyenangkan buat anak. Jadi, jangan lupa sisihkan waktu untuk diri sendiri.

* Imbangi keriangan dengan peraturan. Ini akan membantu anak belajar cara berperilaku yang baik.

* Cobalah berlaku fleksibel. Terkadang, pekerjaan dan komitmen lainnya membuat kehidupan menjadi timpang sebelah. Kehidupan keluarga sedikit terbengkalai karenanya. Sesibuk apapun Anda, pastikan anak mengetahui orang tuanya akan ada bersamanya ketika ia membutuhkannya.
(sumber:share komunitas Cibingbin)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar


Setiap zaman punya tantangan masing-masing, setiap perubahan, sekalipun membawa kemajuan, juga akan mempunyai dampak negatif.

... Membesarkan anak di era informasi ini tantangannya juga tidak kalah mengerikan.
Kalau kita orang tua tidak pandai-pandai mengantisipasinya, anak-anak bukan menjadi ahli atau pengguna teknologi informasi tapi jadi korbannya.
Jangankan anak-anak, orang tua dan orang dewasa pun kini banyak yang menjadi korban teknologi informasi.
Mari kita simak satu persatu resiko abad IT ini agar kita bisa mengantisipasinya.

Bad Planner
Sebelum ada handphone, dulu kalau kita (orang tua) kumpul di suatu tempat (anggap di pasar) kemudian kita berpisah lalu mau berkumpul lagi.
Apa yang kita lakukan?
Kita buat rencana kesepakatan, kapan kumpul, dimana dan jam berapa.
Jadi kita terbiasa membuat rencana.
Anak sekarang, kalau mau pisah dikeramaian dan kumpul lagi tinggal bilang;
"Ya udah nanti kita call-call-an aja!"
Sisi positif: Spontan
Sisi negatif: Bad planner (tidak terbiasa berencana)
Solusi: Mendidik berencana dengan tetap membuka peluang perubahan

Tidak sadar ruang sosial
Agung Pribadi (Historivator) pernah bilang.
"Facebook mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat!"
Ada juga dalam sebuah status orang yang mengeluh
"Reunian dua jam, kumpul bareng selama 1,5 jam pertama semua sibuk Blackberry, ketawa sendirian, baru 30 menit terakhir ngobrol"
Secara fisik ada tapi jiwa Anda ada di virtual.
Sisi positif: Anda bisa menikmati hidup di lingkungan yang membosankan.
Sisi negatif: Tidak sadar lingkungan manusia di sekitar.
Solusi: Pastikan Anda berbaur jika lingkungannya menyenangkan,
kalau membosankan baru pakai gadget.

Tidak sabaran serba instant
Ingat kan dulu kalau kita foto? Harus ada negatifnya dulu, lalu di cuci, dst.
Kita harus menunggu beberapa hari untuk melihat hasilnya.
Sekarang, hapis jepret langsung lihat hasilnya.
Dulu orang kirim surat pakai perangko lalu tunggu beberapa hari sampai.
Sekarang dengan email, sekali klik langsung sampai.
Tentu saja serba cepat bukan hal buruk, tapi kalau akhirnya membuat kita tidak sabaran tentu saja tidak bagus.
Karena serba cepat anak-anak sekarang sering menghabiskan waktu untuk hal kecil.
Mereka berkutat tentang hal sepele, sms bolak balik, berjam-jam, padahal kalau tunggu besok bisa diselesaikan dalam hitungan menit.
Sisi positif: Cepat hemat waktu
Sisi negatif: Kita bisa terjebak pada pribadi yang tidak sabaran
Solusi: Selalu kembangkan sikap proporsional, ada kalanya harus cepat ada kalanya harus menunggu.

Hilang jati diri
Ada peribahasa Gajah Mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.
Ya, dulu reputasi sangat penting dijaga.
Kini di dunia IT, kita dengan mudah mengubah identitas.
Kita bisa buat ratusan account facebook, dan email dengan nama berbeda-beda.
Kita bisa seenaknya bicara kasar, vulgar tanpa takut.
Bahkan bisa mempunyai nama vulgar tanpa malu.
Sisi positif: Bisa bebas berekspresi
Sisi negatif: Bisa lepas tanggungjawab seenaknya, atau hilang kepribadian
Solusi: Kalau mau menyembunyikan identitas, gunakan untuk hal yang bermanfaat (misalnya kritik membangun, dsb)


Sulit konsentrasi dan hilang fokus
Anak sekarang kalau nonton film, kadang tangannya sibuk SMS atau BBM.
Bahkan kalau mengerjakan tugas juga.
Kadang kalau bicara dengan orang tua juga kadang pandangan beralih ke HP atau BB.
Saya sendiri melarang anak-anak membuka SMS kalau nonton bersama keluarga di bioskop,
atau kalau sedang ngobrol dengan keluarga.
Tidak jarang HP dan BB saya sita selama menonton suatu acara agar mata mereka tidak ke HP atau BB.
Tujuannya, agar mereka bisa menikmati hidup, menikmati kebersamaan sekarang, dan fokus.

Tidak kenal prioritas dan terjebak masalah kecil.
Kadang-kadang anak anak sekarang menjawab SMS seperti hidup mati saja langsung,
harus direspon seperti tidak tahu prioritas.
Padahal yang dibicarakan juga tidak penting.
Ini juga salah satu efek budaya instant.

Tergantung HP atau BB
Sebuah penelitian di Inggris menujukkan mayoritas orang modern saat ini merasa tidak aman jika tidak didampingi HP atau BB mereka.
Hidup mereka jadi tergantung kedua alat tersebut.
Tanpa sadar ini akan mengakibatkan stres tidak sadar.
Karena itu sesekali perlu Anda lepas HP atau BB dan dapatkan kebebasan diri.

Kesehatan
Saat ini banyak penyakit baru muncul karena gadget teknologi.
Ada kram jempol, ada radang pendengaran, ada radiasi, radang sendi, dsb.
Jadi jangan berlebihan.

Kriminalitas IT
Sayangnya, kecintaaan sebagian besar anak-anak terhadap IT, tidak diimbangi kemampuan mereka menguasai IT secara teknis maupun non teknis, sehingga pengetahuan yang tidak lengkap ini membuat mereka menjadi korban IT.
Anak-anak bisa menjadi korban mulai dari akses pornografi, moral, penipuan, penculikan, dsb.
Jadi tugas orang tua membekali anak kemampuan IT dan kemampuan mencegah dampak soial IT tersebut.

Sebenarnya masih banyak lagi efek sampingnya.
Mungkin Anda bisa beri masukan?


Mohon komentarnya di: http://www.isaalamsyah.com/2011/01/tantangan-mendidik-anak-di-era-it.html
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Semua yang pernah membandingkan pendidikan di Indonesia dan negara maju, tahu benar bahwa beban pendidikan di Indonesia jauh lebih berat dari negara maju sekelas Amerika, Eropa Barat atau Jepang.
Lucunya, sudah beban pelajar Indonesia lebih berat dari negara... maju, kualitas lulusan kita jauh di bawah negara-negara maju.
Tanpa perlu penyelidikan yang mendalam tentu dengan mudah kita bisa simpulkan ada yang salah dengan kurikulum pendidikan kita.

Terlalu banyak yang ingin diajarkan, tapi tidak tahu prioritas, sehingga yang tidak perlu justru dimasukkan dalam kurikulum , yang perlu justru tidak dimasukkan.
Cara yang termudah untuk menyelematkan generasi kita ya kurikulum harus diubah, tapi masalahnya, solusi yang sebenarnya mudah ini justru sulit sekali.
Tidak mudah bagi pembuat kebijakan pendidikan menemukan kata sepakat.
Lalu bagaimana? Apa kita mau pasrah biarkan anak-anak menjadi korban?

Tentu saja, dalam keadaan ini, orang tua tidak mau anak-anaknya gagal di dunia pendidikan, guru juga tidak mau murid-muridnya gagal.
Bahwa kurikulum kita tidak ideal, sudah tidak diragukan.
Kini tantangannya bagaimana agar anak-anak tetap mendapatkan yang terbaik
dari kondisi yang tidak ideal tersebut.

Saya sendiri menyarankan untuk guru dan orang tua mulai membuat sistem pengajaran yang integral.
Maksudnya, ketika anak belajar satu mata pelajaran mereka tanpa sadar belajar mata pelajaran lain. Sehingga dalam satu waktu dua pelajaran terlampaui.
Tapi ingat mata pelajaran utama tetap fokus sedangkan info tambahan hanya sekedar percikan informasi pengetahuan.
Jika tersistematisasi secara integral, maka otak tak sadar anak akan menerima pelajaran dengan mudah tanpa stres, dan akrab dengan informasi baru.

Saya akan beri contoh konsep sinkronisasi ini.
Misalnya:
Matematika dan sejarah.
Soal matematika (kelas 2 SD)
Di kebun Ani ada apel sebanyak 1830 buah sedangkan di kebun Arif ada 1825 buah apel. Berapa selisih buah yang dimiliki Ani dan Arif? (jawabannya 5)
Soal matematika yang sama dengan pendekatan sinkronisasi
Perang Diponegoro berlangsung dari tahun 1825 sampai 1830, berapa lama perang Diponegoro berlangsung? (Jawaban 5 tahun - pembulatan)
Baik soal pertama atau kedua, sama-sama soal cerita tentang pengurangan,
tapi soal kedua memberi info baru.
Mungkin anak-anak bertanya, siapa Diponegoro, dari mana, dsb.
Biarkan saja itu menjadi interest anak-anak, toh pelajaran matematika tidak harus menjawab tapi jauh lebih berharga infonya dari sekedar Ani, dll.
Tanpa sadar mereka menjadi berminat dengan sejarah padahal itu pelajaran matematika. Nanti ketika mereka sedang belajar sejarah (kelas 5) di beberapa waktu kemudian, otak tak sadar mereka akan berkat, aku pernah dengan Diponegoro.

Matematika dan science
Soal matematika biasa
Adi punya uang Rp 90.000 rupiah sedangkan Dani punya uang 110.00o rupiah, berapa persen lebih banyak yang dimiliki Dani.
Soal matematika yang sama, tapi memberi info pengetahuan dan rasa ingin tahu:
Sebuah penelitian menujukkan bahwa orang dengan rambut hitam rata-rata mempunyai 110.000 helai rambut di kepala sedangkan orang dengan rambut merah rata-rata hanya mempunyai 90.000 helai rambut. Fakta ini menujukkan bahwa orang dengan rambut hitam mempunyai rambut lebih banyak berapa persen?

Bahasa Inggris dan Science:
Misalnya penggunaan its (possessive form for it:) pemakian ....nya
Kita bisa pilih contoh kalimat biasa tanpa info:
I really like the way that car looks, but its price is more than I can afford.
(Saya suka dengan tampilan mobil ini, tapi harganya di atas kemampuan saya)
Atau kita bisa pilih dengan info:
An oyster can change its gender (Kerang bisa mengganti jenis kelaminnya)
A chicken loses its feathers when it becomes stressed (Ayam bisa rontok bulunya kalau sedang stres)

Intinya, kalau kita bisa mengajar 2-3 hal dalam satu waktu kenapa harus membuang waktu untuk satu saja.
Yang penting fokus tetap terjaga dan pengajar atau orang tua kreatif mengembangkan sinkronisasinya.
Kalau dilakukan dengan tepat, pelajaran yang terlihat banyak jadi terasa enteng.

Ini bisa dikombinasikan dalam semua mata pelajaran dalam setiap angkatan kretivitas kita.
Jika semakin banyak yang melakukan maka kita bisa saling tukar pendekatan, maka akan semakin kaya dan memudahkan anak-anak kita.

Mudah-mudahan ini bisa jadi solusi sementara sebelum kurikulum disederhanakan.
Bahkan bisa tetap dijalankan sekalipun kurikulum sudah sederhana sekalipun, karena memudahkan dan mencerdaskan.

Bagaimana menurut Anda?

Semoga bermanfaat.

Mohon komentarnya di: http://www.isaalamsyah.com/2011/03/revolusi-pendidikan-mengintegrasikan.html
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar


 Salah satu kesalahan terbesar parenting dan edukasi adalah terpaku pada masa kini sehingga tidak benar-benar menyiapkan anak-anak untuk menghadapi persaingan di masa depan.
Padahal program pendidikan dan parenting baru akan terpakai 20 tahun mendatang, sehingga kalau kita mengacu pada masa kini mungkin 20 tahun mendatang anak-anak kita jadi anak yang ketinggalan zaman.
Apa yang penting sekarang mungkin akan basi 20 tahun mendatang sebaliknya apa yang sekarang tidak penting mungkin menjadi kebutuhan pokok di masa mendatang.
Apa yang sekarang bukan masalah mungkin 20 tahun mendatang akan menjadi masalah besar.
Apakah anak-anak kita akan siap menghadapinya?
Bahkan yang sekarang masih remaja atau mahasiswa mungkin juga akan menemukan masalah 20 tahun mendatang kalau tidak disiapkan dari sekarang.

Di bawah ini adalah sedikit kemungkinan yang mungkin akan dihadapi anak-anak kita di masa depan, dan orang tua dengan No Excuse! harus mempersiapkan anak-anak, dengan apapun yang ada.

Masalah pertama;
Pendidikan yang tidak up to date (Contoh 1)
Prediksi: Masa depan nanti akan didominasi oleh teknologi informasi karena itu harus disiapkan anak-anak yang melek IT
Masalah: Kurikulum pendidikan kita masih berkutat di pembagian ilmu sosial dan science. Dulu ada A1 (Fisika), A2 (Biologi), A3 (Sosial) atau A4 (bahasa)
Solusi: Harusnya sekarang disekolah harus disiapkan anak-anak melek IT even di daerah terpencil. Kalau perlu ada Sosial, Science dan IT. Menurut saya lab IT komputer lebih penting dari lab bahasa atau lab biologi. Karena dengan komputer bisa mempermudah semua. Lab bahasa terlalau mahal dan tidak terlalu bermanfaat.
Lab komputer selain penting bisa fleksible. Lab komputer dengan desain tertentu bisa difungsikan sebagai lab bahasa, atau lab percobaan online, dsb.
No Excuse!: Kalau pemerintah belum mampu maka kita orang tua harus No Excuse meyiapkan anak-anak untuk melek teknologi. Karena itu akan jadi kebutuhan masa depan.
Termasuk bagi orang tua yang buta IT harus belajar IT.

Pendidikan yang tidak up to date (Contoh 2)
Anak-anak masih dijejali ilmu yang pasti tidak bermanfaat di masa depan.
Misalnya pengetahuan yang berlaku sekarang tapi ketika mereka besar pasti tidak berlaku lagi.
Misalnya : Menghapal nama menteri, pasti ketika mereka besar menterinya sudah ganti.

Masalah kedua;
Sumber Daya Alam Yang Makin Kritis
Indonesia baru-baru ini keluar dari OPEC, kenapa? Karena OPEC adalah persatuan negara pengekspor minyak dan Indonesia kini menjadi negara pengimpor minyak.
Produksi minyak menyusut, konsumsi bertambah, sehingga kita impor minyak dari luar negeri.
Fakta yang diungkap di buku No Excuse! halaman 146 cukup menyeramkan:
Kita saat ini menjadi pengekspor batu bara terbesar di dunia. Bangga? Jangan dulu.
Karena ternyata cadangan batu bara kita hanya 3,1% dari batu bara di dunia.
Kok bisa ya punya sedikit batu bara tapi mengekspor paling banyak.
Ternyata negara lain sengaja menyimpan cadangan batu bara mereka untuk masa depan. Sepanjang mereka bisa mengeruk dari Indonesia dengan harga murah, mereka menyimpan batu bara mereka.
Bahkan Cina kabarnya juga mengimpor jutaan ton batu bara dan menyimpannya jadi cadangan.
Bisa jadi di masa depan Indonesia malah beli kembali batu bara dulu diekspor dengan harga berlipat.
Demikian juga dengan gas alam. Indonesia merupakan salah satu pemasok gas alam terbesar di banyak negara. Padahal cadangan gas alam kita hanya 1,6% gas alam dunia.
Artinya apa?
Jika tidak ada perubahan kebijakan, jika tidak ada bahan bakar baru yang murah, mungkin di masa depan anak-anak kita akan mengalami krisis bahan bakar.
Harga-harga akan melambung tinggi.
Karena itu kita harus menyiapkan anak-anak kita bukan sebagai anak biasa, bukan sebagai calon pegawai, tapi mereka harus menjadi enteprenur (wirausahawan) atau pemimpin visioner. Jika kita ingin anak kita survive.

Masalah ketiga: Lingkungan masa depan yang makin tidak ramah
Lingkungan informasi.
Dengan berkembangnya teknologi informasi tanpa batas, maka segala informasi bisa diterima anak-anak kita yang baik maupun yang buruk (pornografi, dsb).
Kita harus menyiapkan anak- kita menjadi anak yang imun, bukan steril, karena sulit sekali menghindari pengarus keterbukaan.

Lingkungan alam
Di masa depan lingkungan alam mungkin juga tidak ramah.
Dulu kita sering diajarkan bahwa Jepang adalah negara gempa padahal ternyata gempa di Indonesia jauh lebih sering terjadi di Indonesia.
Sebagian besar bangunan di Jakarta tidak disiapkan untuk menghadapi gempa di atas 7-8 skala richter. Artinya kalau ada gempa sekelas Aceh yang mencapai 9 skala ricter bisa banyak bangunan hancur.
Kenapa ini terjadi? Karena dulu dibangun tidak dengan visi jangka panjang kemungkinan terburuk.
Memang dulu jarang sekali ada gempa di atas 8 skala richter tapi setelah Aceh, terjadi juga gempa besar di Nias, Padang bahkan ke Jogja.
Karena itu kita harus sadar alam semakin tidak ramah.
Anak-anak kita harus punya penghasilan besar untuk memenuhi standar alam yang semakin tidak ramah ini.

Global Warming
Akibat global warming diperkirakan tinggi laut bertambah setiap tahun. Diperkirakan sedikitnya 2000 pulau kecil di kepulauan Indonesia mungkin akan hilang sebelum tahun 2030 dan hal ini diperparah sebagai konsekuensi penambangan liar dan aktivitas lain yang merusak lingkungan. Indonesia hingga saat ini telah kehilangan sedikitnya 24 dari 17.500 pulau-pulau di wilayahnya.

Lingkungan Politik dan Ekonomi
Sekarang kekuatan ekonomi bergeser ke Cina, bahkan Rusia.
Dua negera yang punya kekuatan militer dan ekonomi yang kuat.
Berbeda dengan Amerika yang penduduknya heterogen (plural) sehingga sulit untuk ekspansi, kekuatan baru Cina cukup mengkhawatirkan.
Berkali-kali Cina menjamin kekuatannya adalah kekuatan damai, tapi dengan tetap memegang ideologi komunisme.
Bagaimana 20 tahun ke depan ketika kekuatannya makin membesar?
Apakah Anda ingin anak-anak mengekor dan belajar bahasa Mandarin,
atau menyiapkan anak-anak yang siap bersaing dengan kemajuan Cina?

Masalah keempat:
Memprediksi pekerjaan dan keahlian yang dibutuhkan untuk masa depan.
Di masa depan mungkin penerjemah makin sedikit dibutuhkan karena software translator akan canggih. Tapi semua anak harus bisa bahasa Inggris karena hampir semua bahasa internet ada di sana.
Di masa depan mungkin banyak dibutuhkan pekerjaan berkaitan dengan IT
Di masa depan mungkin...
Coba pikirkan apa? Sehingga kita tidak salah menyiapkan anak-anak kita.

Intinya kita harus memprediksi masa depan untuk menyiapkan anak-anak kita.
Lalu dengan No Excuse! kita harus persiapkan anak-kita dengan bekal terbaik.
Sebagai orang tua, Anda mungkin sibuk, cari duit saja susah, waktu terbatas,
tapi tetap No Excuse! Anda harus persiapkan yang terbaik untuk anak-anak.

Mohon komentarnya: http://www.isaalamsyah.com/2011/02/parentivasi-menyiapakan-generasi-untuk.html
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

 Artikel ini salah satu pembekalan untuk mereka yang belum menikah dan juga bagi yang sudah menikah.
 ...
Banyak pasangan yang baru menikah terkaget-kaget dengan permasalahan rumah tangga yang mereka hadapi.
Padahal jika kita tahu akan menikah dengan siapa, sebenarnya kita sudah bisa mendeteksi masalah apa yang akan muncul di masa depan setelah menikah.
Kalau kita sudah mendeteksinya, maka ketika masalah tersebut muncul kita tidak kaget, dan bahkan kita sudah siap dengan solusi.

Ketika menikah, maka masalah pasangan kita menjadi masalah kita dan sebaliknya.
Nah apa saja masalah yang akan muncul dan bagaimana mengatasinya?

Ini hanya sedikit contoh masalah yang muncul akibat latar belakang:

Latar Belakang Keluarga
Jika menikah dengan anak sulung maka jangan kaget bahwa kita akan banyak terlibat dengan masalah adik-adik sang pasangan.
Kadang anggaran rumah tangga yang mepet juga harus dipotong untuk kebutuhan adik sang pasangan (apalagi jika kedua orang tua sudah meninggal).
Kalau sadar potensi masalah ini, maka kita bisa membicarakannya sejak dini sebelum menikah, dan sudah siap menyisihkan anggaran untuk adik-adik sang pasangan.
Jika tidak, maka pasangan akan sembunyi-sembunyi memberi uang pada keluarga sendiri.
Kemungkinan paling fair, jangan sampai pasangan kita jadi tulang punggung adik-adiknya kalau mereka sudah dewasa.

Menikah dengan anak bungsu juga bukan tidak ada masalah.
Kalau pasangan anak kita bungsu mungkin ia tidak menjadi sandaran kakak-kakaknya.
Tapi kalau salah seorang kakak terbiasa mendominasi adik termasuk si bungsu pasangan kita, bisa jadi kita ikut di dominasi, diikutcampuri.
Belum lagi kalau pasangan kita anak bungsu, kadang kita hanya mengikuti jadwal kakak-kakaknya dan jadwal kita mungkin tidak dianggap.
Kalau misalnya ayah pasangan kita yang anak bungsu tersebut meninggal, biasanya ia diminta untuk tinggal dengan ibunya sekalipun sudah menikah. Maka kita akan tinggal satu atap dengan mertua.
Jika sadar semua kemungkinan tersebut, maka ketika masalah ini datang kita sudah siap karena sudah pernah dibicarakan.

Latar belakang budaya:
Jika menikah dengan orang dari daerah lain, maka salah satu masalah yang akan muncul adalah masalah mudik lebaran, kadang kita harus ikut pergi jauh ke daerah asal pasangan dan tidak lebaran bersama keluarga sendiri.
Kalau sadar potensi masalah ini, maka kita bisa membicarakannya sejak dini sebelum menikah.
Kemungkinan paling fair, lebaran bergilir tahun ini di kampung suami tahun depan di kampung istri.

Lalu jangan kaget juga kalau rumah kita jadi tempat menginap saudara2 pasangan kita yang datang dari daerah. Karena pasangan kita tumpuan harapan mereka kalau berkunjung ke kota.

Nanti akan banyak lagi hal yang perlu Anda cermati:
Misalnya:
Latar belakang pendidikan.
Bagaimana jika pasangan kita pendidiaknnya lebih tinggi dari kita atau sebaliknya?

Latar belakang ekonomi
Bagaimana jika pasangan kita dari keluarga yang lebih mapan dari kita atau sebaliknya?

Latar belakang pekerjaaan.
Bagaimana jika suami tidak punya penghasilan yang cukup?
Bagaimana jika istri mau mengejar puncak karir?

Nah Anda bisa membuat sendiri prediksi masalah yang akan muncul.
Sebenarnya ini juga yang akan menjadi salah satu role play peserta workshop.
Anda bisa melakukan sendiri bedanya di workshop ada sharing dari peserta lain dan coaching dari instruktur untuk problem solving.


Salah satu motto paling populer dalam buku "Sakinah Bersamamu" karya Asma Nadia adalah:
"Cinta bukan mencari pasangan yang sempurna,
tapi menerima pasangan dengan sempurna"

Intinya, tidak ada manusia yang sempurna, jadi pilihannya adalah kita bisa secara sempurna menerima pasangan kita.

Ketidaksempurnaan ini tentu saja akan menimbulkan riak-riak masalah.
Jika kita sudah bisa mempredikdisinya sejak dini, maka masalah yang muncul menjadi lebih mudah teratasi karena kita siap mental dan siap solusi.

Semoga kita semua bisa membangun Sakinah Family #No Excuse!

Mohon komentarnya: http://www.isaalamsyah.com/2011/02/sakinah-mendeteksi-masalah-sebelum.html
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar


Terkadang kita melihat sesuatu yang tidak menyenangkan yang di depan mata kita hanya dari kacamata pribadi.
Ada seorang bapak tua bersama empat anaknya yang masih kecil-kecil. Mereka naik kereta ekonomi dari Jatinegara menuju Semarang. Di dalam kereta anak-anak itu sangat ribut sehingga mengganggu penumpang yang lain  berlarian kesana-kemari, teriak-teriak tawa mewarnai keceriaan mereka.
Penumpang yang lain merasa terganggu dengan tawa anak-anak itu. Sang Bapak sepertinya tidak mau tahu. Seorang Ibu memberanikan diri untuk menegur bapak tua itu.
“ Pak, maaf Pak, apakah itu anak-anak bapak? “, tanpa menjawab bapak tua itu pelan-pelan mengangkat kepala kearah ibu yang menegurnya, “ Ada apa bu? “ tanya Bapak tua itu.
“ Itu Pak, anak-anak bapak, mereka berisik dan menggangu penumpang yang lain, tolong disuruh diam pak, sebagai orangtua harusnya bapak bisa menjaga anak-anaknya donk, kami merasa terganggu.”
“ Oh maaf bu, saya tidak bisa “, jawab bapak tua.
“ kenapa bapak tidak bisa? Kan itu anak-anak Bapak ”.
“ saya tidak tega “.
“ Kenapa tidak tega?”
“ Tiga hari yang lalu mereka baru saja kehilangan kedua orangtuanya akibat kecelakaan pesawat, sejak kecelakaan itu mereka tidak pernah berhenti menangis dan baru hari ini saya melihat mereka tertawa, saya tidak tega meberhentikan tawanya. Kalau ibu tega saya persilahkan ", jawab bapak tua mempersilahkan.
Sang ibu kini kembali pada tempat duduknya dan tidak bisa berkata apa-apa lagi, sambil meneteskan airmatanya kini marahnya berubah jadi sayang, bencinya jadi simpatik. Ia sangat senang melihat anak  yatim piatu itu bisa tertawa lepas.
Yakinlah pada saat kita mau membuka mata hati dan pendengaran pastilah hidup ini bisa lebih untuk dipahami. Kebencian jadi kasih sayang, dendam jadi persahabatan. Tidak ada yang salah dengan hidup ini. Yang salah adalah saat kita tidak berusaha mau mengerti tentang kehidupan. Sungguh Allah menjanjikan kebaikan bagimu kehidupan di dunia dan di akhirat karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.(Pesantren Enterpreneur).
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar


Tahukah Anda, tidak semua penyakit membutuhkan obat, antibiotik dapat membuat bakteri jahat di dalam tubuh menjadi kuat, dan kejang demam adalah "monster" yang baik hati?

Tahukah juga Anda bahwa sebagai pasien, kita memiliki hak untuk menolak tindakan medis dan mendapatkan penjelasan yang memadai dari dokter?
Bagaimana menggunakan obat secara rasional, tidak bersikap panik saat jatuh sakit atau berurusan dengan rumah sakit, bersikap kritis terhadap informasi medis yang banyak beredar, plus aneka tips bermanfaat seputar panduan menjadi pasien cerdas.

Kasus malpraktek adalah puncak gunung es dari masalah lain yang tidak disadari ada: irrational use of medicine. Singkatnya, pasien mendapatkan obat, tindakan medis, pemeriksaan penunjang bahkan perawatan yang tidak tepat, atau dengan kata lain: tidak diperlukan.
Untuk menjadi pasien yang cerdas agar terhindar dari irrational use of medicine. Untuk jadi dokter memang ada sekolahnya, meskipun apakah nantinya menjadi dokter yang baik atau tidak, banyak faktor tambahan lain. Sebaliknya, tidak ada sekolah formal untuk menjadi pasien. Karena itu, pasien harus punya bekal supaya bisa menjadi pasien yang baik. Pasien yang baik bukanlah pasien yang menurut dan memasrahkan 100% pada dokter. Pasien yang baik adalah konsumen yang mengerti jelas permasalahan, bisa membantu dokter dalam mengambil keputusan dan menjalankan keputusan tersebut dengan baik. Jadi, pasien adalah partner kerja dokter.
 ** Dimana Salahnya?**
 Malik tergolek lemas. Matanya sayu. Bibirnya pecah-pecah. Wajahnya kian tirus. Di mataku ia berubah seperti anak dua tahun kurang gizi. Biasanya aku selalu mendengar celoteh dan tawanya di pagi hari. Kini tersenyum pun ia tak mau. Sesekali ia muntah. Dan setiap melihatnya muntah, hatiku tergores-gores rasanya. Lambungnya diperas habis-habisan seumpama ampas kelapa yang tak lagi bisa mengeluarkan santan. Pedih sekali melihatnya terkaing-kaing seperti itu.
 Waktu itu, belum sebulan aku tinggal di Belanda, dan putraku Malik terkena demam tinggi. Setelah tiga hari tak juga ada perbaikan aku membawanya ke huisart (dokter keluarga) kami, dokter Knol namanya.
 "Just wait and see. Don’t forget to drink a lot. Mostly this is a viral infection." kata dokter tua itu.
 "Ha? Just wait and see? Apa dia nggak liat anakku dying begitu?" batinku meradang. Ya…ya…aku tahu sih masih sulit untuk menentukan diagnosa pada kasus demam tiga hari tanpa ada gejala lain. Tapi masak sih nggak diapa-apain. Dikasih obat juga enggak! Huh! Dokter Belanda memang keterlaluan! Aku betul-betul menahan kesal.
 "Obat penurun panas Dok?" tanyaku lagi.
 "Actually that is not necessary if the fever below 40 C."
 Waks! Nggak perlu dikasih obat panas? Kalau anakku kenapa-kenapa memangnya dia mau nanggung? Kesalku kian membuncah.
 Tapi aku tak ingin ngeyel soal obat penurun panas. Sebetulnya di rumah aku sudah memberi Malik obat penurun panas, tapi aku ingin dokter itu memberi obat jenis lain. Sudah lama kudengar bahwa dokter disini pelit obat. Karena itu aku membawa setumpuk obat-obatan dari Indonesia, termasuk obat penurun panas.

Dua hari kemudian, demam Malik tak kunjung turun dan frekuensi muntahnya juga bertambah. Aku segera kembali ke dokter. Tapi si dokter tetap menyuruhku wait and see. Pemeriksaan laboratorium baru akan dilakukan bila panas anakku menetap hingga hari ke tujuh.
 "Anakku ini suka muntah-muntah juga Dok," kataku.
 Lalu si dokter menekan-nekan perut anakku. "Apakah dia sudah minum suatu obat?"
 Aku mengangguk. "Ibuprofen syrup Dok," jawabku.
 Eh tak tahunya mendengar jawabanku, si dokter malah ngomel-ngomel,"Kenapa kamu kasih syrup Ibuprofen? Pantas saja dia muntah-muntah. Ibuprofen itu sebaiknya tidak diberikan untuk anak-anak, karena efeknya bisa mengiritasi lambung. Untuk anak-anak lebih baik beri paracetamol saja."
 Huuh! Walaupun dokter itu mengomel sambil tersenyum ramah, tapi aku betul-betul jengkel dibuatnya. Jelek-jelek begini gue lulusan fakultas kedokteran tau! Nah kalau buat anak nggak baik kenapa di Indonesia obat itu bertebaran! Batinku meradang.
 Untungnya aku masih bisa menahan diri. Tapi setibanya dirumah, suamiku langsung menjadi korban kekesalanku."Lha wong di Indonesia, dosenku aja ngasih obat penurun panas nggak pake diukur suhunya je. Mau 37 keq, 38 apa 39 derajat keq, tiap ke dokter dan bilang anakku sakit panas, penurun panas ya pasti dikasih. Sirup ibuprofen juga dikasih koq ke anak yang panas, bukan cuma parasetamol. Masa dia bilang ibuprofen nggak baik buat anak!" Seperti rentetan peluru, kicauanku bertubi-tubi keluar dari mulutku.
 "Mana Malik nggak dikasih apa-apa pulak, cuma suruh minum parasetamol doang, itu pun kalau suhunya diatas 40 derajat C! Duuh memang keterlaluan Yah dokter Belanda itu!"
 Suamiku menimpali, "Lho, kalau Mama punya alasan, kenapa tadi nggak bilang ke dokternya?"
 Aku menarik napas panjang. "Hmm…tadi aku sudah kadung bete sama si dokter, rasanya ingin buru-buru pulang saja. Tapi…alasannya apa ya?"
 Mendadak aku kebingungan. Aku akui, sewaktu praktek menjadi dokter dulu, aku lebih banyak mencontek apa yang dilakukan senior. Tiga bulan menjadi co-asisten di bagian anak memang membuatku kelimpungan dan belajar banyak hal, tapi hanya secuil-secuil ilmu yang kudapat. Persis seperti orang yang katanya travelling keliling Eropa dalam dua minggu. Menclok sebentar di Paris, lalu dua hari pergi ke Roma. Dua hari di Amsterdam, kemudian tiga hari mengunjungi Vienna. Puas beberapa hari berdiam di Berlin dan Swiss, kemudian waktu habis. Tibalah saatnya pulang lagi ke Indonesia. Tampaknya orang itu sudah keliling Eropa, padahal ia hanya mengunjungi ibukota utama saja. Masih banyak sekali negara dan kota-kota di Eropa yang belum disambanginya. Dan itu lah yang terjadi pada kami, pemuda-pemudi fresh graduate from the oven Fakultas Kedokteran. Malah kadang-kadang apa yang sudah kami pelajari dulu, kasusnya tak pernah kami jumpai dalam praktek sehari-hari. Berharap bisa memberikan resep cespleng seperti dokter-dokter senior, akhirnya kami pun sering mengintip resep ajian senior!

Setelah Malik sembuh, beberapa minggu kemudian, Lala, putri pertamaku ikut-ikutan sakit. Suara Srat..srut..srat srut dari hidungnya bersahut-sahutan. Sesekali wajahnya memerah gelap dan bola matanya seperti mau copot saat batuknya menggila. Kadang hingga bermenit-menit batuknya tak berhenti. Sesak rasanya dadaku setiap kali mendengarnya batuk. Suara uhuk-uhuk itu baru reda jika ia memuntahkan semua isi perut dan kerongkongannya. Duuh Gustiiii…kenapa tidak Kau pindahkan saja rasa sakitnya padaku Nyerii rasanya hatiku melihat rautnya yang seperti itu. Kuberikan obat batuk yang kubawa dari Indonesia pada putriku. Tapi batuknya tak kunjung hilang dan ingusnya masih meler saja. Lima hari kemudian, Lala pun segera kubawa ke huisart. Dan lagi-lagi dokter itu mengecewakan aku.
 "Just drink a lot," katanya ringan.
 Aduuuh Dook! Tapi anakku tuh matanya sampai kayak mata sapi melotot kalau batuk, batinku kesal.
 "Apa nggak perlu dikasih antibiotik Dok?" tanyaku tak puas.
 "This is mostly a viral infection, no need for an antibiotik," jawabnya lagi.
 Ggrh…gregetan deh rasanya. Lalu ngapain dong aku ke dokter, kalo tiap ke dokter pulang nggak pernah dikasih obat. Paling enggak kasih vitamin keq! omelku dalam hati.
"Lalu Dok, buat batuknya gimana Dok? Batuknya tuh betul-betul terus-terusan," kataku ngeyel.
 Dengan santai si dokter pun menjawab,"Ya udah beli aja obat batuk Thyme syrop. Di toko obat juga banyak koq."
 Hmm…lumayan lah… kali ini aku pulang dari dokter bisa membawa obat, walau itu pun harus dengan perjuangan ngeyel setengah mati dan walau ternyata isi obat Thyme itu hanya berisi ekstrak daun thyme dan madu.
 "Kenapa sih negara ini, katanya negara maju, tapi koq dokternya kayak begini." Aku masih saja sering mengomel soal huisart kami kepada suamiku. Saat itu aku memang belum memiliki waktu untuk berintim-intim dengan internet. Jadi yang ada di kepalaku, cara berobat yang betul adalah seperti di Indonesia. Di Indonesia, anak-anakku punya langganan beberapa dokter spesialis anak. Dokter-dokter ini pernah menjadi dosenku ketika aku kuliah. Maklum, walaupun aku lulusan fakultas kedokteran, tapi aku malah tidak pede mengobati anakanakku sendiri. Dan walaupun anak-anakku hanya menderita penyakit sehari-hari yang umum terjadi pada anak seperti demam, batuk pilek, mencret, aku tetap membawa mereka ke dokter anak. Meski baru sehari, dua atau tiga hari mereka sakit, buru-buru mereka kubawa ke dokter. Tak pernah aku pulang tanpa obat. Dan tentu saja obat dewa itu, sang antibiotik, selalu ada dalam kantong plastik obatku.
Tak lama berselang putriku memang sembuh. Tapi sebulan kemudian ia sakit lagi. Batuk pilek putriku kali ini termasuk ringan, tapi hampir dua bulan sekali ia sakit. Dua bulan sekali memang lebih mendingan karena di Indonesia dulu, hampir tiap dua minggu ia sakit. Karena khawatir ada yang tak beres, lagi-lagi aku membawanya ke huisart.
 "Dok anak ini koq sakit batuk pilek melulu ya, kenapa ya Dok."
 Setelah mendengarkan dada putriku dengan stetoskop, melihat tonsilnya, dan lubang hidungnya,huisart-ku menjawab,"Nothing to worry. Just a viral infection."
 Aduuuh Doook… apa nggak ada kata-kata lain selain viral infection seh! Lagilagi aku sebal.
 "Tapi Dok, dia sering banget sakit, hampir tiap sebulan atau dua bulan Dok," aku ngeyel seperti biasa.
 Dokter tua yang sebetulnya baik dan ramah itu tersenyum. "Do you know how many times normally children get sick every year?"
 Aku terdiam. Tak tahu harus menjawab apa. "enam kali," jawabku asal. 
"Twelve time in a year, researcher said," katanya sambil tersenyum lebar. "Sebetulnya kamu tak perlu ke dokter kalau penyakit anakmu tak terlalu berat," sambungnya.
 Glek! Aku cuma bisa menelan ludah. Dijawab dengan data-data ilmiah seperti itu, kali ini aku pulang ke rumah dengan perasaan malu. Hmm…apa aku yang salah? Dimana salahnya? Ah sudahlah…barangkali si dokter benar, barangkali memang aku yang selama ini kurang belajar.
 Setelah aku bisa beradaptasi dengan kehidupan di negara Belanda, aku mulai berinteraksi dengan internet. Suatu saat aku menemukan artikel milik Prof. Iwan Darmansjah, seorang ahli obat-obatan dari Fakultas Kedokteran UI. Bunyinya begini: "Batuk - pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar. Tetapi observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun." Wah persis seperti yang dikatakan huisartku, batinku. Dan betul anak-anakku memang sering sekali sakit sewaktu di Indonesia dulu.
 "Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya," Lanjut artikel itu. "Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus. Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh, yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh. Ia juga mengurangi imunitas si anak, sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi.
 Lingkaran setan ini: sakit –> antibiotik-> imunitas menurun -> sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas-batuk-pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun."
 Hwaaaa! Rupanya ini lah yang selama ini terjadi pada anakku. Duuh…duuh..kemana saja aku selama ini sehingga tak menyadari kesalahan yang kubuat sendiri pada anak-anakku. Eh..sebetulnya..bukan salahku dong. Aku kan sudah membawa mereka ke dokter
 spesialis anak. Sekali lagi, mereka itu dosenku lho! Masa sih aku tak percaya kepada mereka. Dan rupanya, setelah di Belanda 'dipaksa' tak lagi pernah mendapat antibiotik untuk penyakit khas anak-anak sehari-hari, sekarang kondisi anak-anakku jauh lebih baik. Disini, mereka jadi jarang sakit, hanya diawal-awal kedatangan saja mereka sakit.
 Kemudian, aku membaca lagi artikel-artikel lain milik prof Iwan Darmansjah. Dan di suatu titik, aku tercenung mengingat kata-kata 'pengobatan rasional'. Lho…bukankah dulu aku juga pernah mendapatkan kuliah tentang apa itu pengobatan rasional. Hey! Lalu kemana perginya ingatan itu? Jadi, apa yang selama ini kulakukan, tidak meneliti baik-baik obat yang kuberikan pada anak-anakku, sedikit-sedikit memberi obat penurun panas, sedikit-sedikit memberi antibiotik, baru sehari atau dua hari anak mengalami sakit ringan seperti, batuk, pilek, demam, mencret, aku sudah panik dan segera membawa anak ke dokter, serta sedikit-sedikit memberi vitamin. Rupanya adalah tindakan yang sama sekali tidak rasional! Hmm... kalau begitu, sistem kesehatan di Belanda adalah sebuah contoh sistem yang menerapkan betul apa itu pengobatan rasional.
 Belakangan aku pun baru mengetahui bahwa ibuprofen memang lebih efektif menurunkan demam pada anak, sehingga di banyak negara termasuk Amerika Serikat, ibuprofen dipakai secara luas untuk anakanak. Tetapi karena resiko efek sampingnya lebih besar, Belgia dan Belanda menetapkan kebijakan lain. Walaupun obat ibuprofen juga tersedia di apotek dan boleh digunakan untuk usia anak diatas 6 bulan, namun di kedua negara ini, parasetamol tetap dinyatakan sebagai obat pilihan pertama pada anak yang mengalami demam. "Duh, untung ya Yah aku nggak bilang ke huisart kita kalo aku ini di Indonesia adalah seorang dokter. Kalo iya malu-maluin banget nggak sih, ketauan begonya hehe," kataku pada suamiku.
 Jadi, bagaimana dengan para orangtua di Indonesia? Aku tak ingin berbicara terlalu jauh soal mereka-mereka yang tinggal di desa atau orang-orang yang terpinggirkan, ceritanya bisa lain. Karena kekurangan dan ketidakmampuan, untuk kasus penyakit anak sehari-hari, orang-orang desa itu malah relatif 'terlindungi' dari paparan obat-obatan yang tak perlu. Sementara kita yang tinggal di kota besar, yang cukup berduit, sudah melek sekolah, internet dan pengetahuan, malah kebanyakan selalu dokter-minded dan gampang dijadikan sasaran oleh perusahaan obat dan media. Batuk pilek sedikit ke dokter, demam sedikit ke dokter, mencret sedikit ke dokter. Kalau pergi ke dokter lalu tak diberi obat, biasanya kita malah ngomel-ngomel, 'memaksa' agar si dokter memberikan obat. Iklan-iklan obat pun bertebaran di media, bahkan tak jarang dokter-dokter 'menjual' obat tertentu melalui media. Padahal mestinya dokter dilarang mengiklankan suatu produk obat.
 Dan bagaimana pula dengan teman-teman sejawatku dan dosen-dosenku yang kerap memberikan antibiotik dan obat-obatan yang tidak perlu pada pasien batuk, pilek, demam, mencret? Malah aku sendiri dulu pun melakukannya karena nyontek senior. Apakah manfaatnya lebih besar dibandingkan resikonya? Tentu saja tidak. Biaya pengobatan membengkak, anak malah gampang sakit dan

terpapar obat yang tak perlu. Belum lagi bahaya besar jelas mengancam seluruh umat manusia: superbug, resitensi antibiotik! Tapi mengapa semua itu terjadi?
 Duuh Tuhan, aku tahu sesungguhnya Engkau tak menyukai sesuatu yang sia-sia dan tak ada manfaatnya. Namun selama ini aku telah alpa. Sebagai orangtua, bahkan aku sendiri yang mengaku lulusan fakultas kedokteran ini, telah terlena dan tak menyadari semuanya. Aku tak akan eling kalau aku tidak menyaksikan sendiri dan tidak tinggal di negeri kompeni ini. Apalagi dengan masyarakat awam, para orangtua baru yang memiliki anak-anak kecil itu. Jadi bagaimana mengurai keruwetan ini seharusnya? Uh! Memikirkannya aku seperti terperosok ke lubang raksasa hitam. Aku tak tahu, sungguh!
 Tapi yang pasti kini aku sadar…telah terjadi kesalahan paradigma pada kebanyakan kita di Indonesia dalam menghadapi anak sakit. Disini aku sering pulang dari dokter tanpa membawa obat. Aku ke dokter biasanya 'hanya' untuk konsultasi, memastikan diagnosa penyakit anakku dan penanganan terbaiknya, serta meyakinkan diriku bahwa anakku baik-baik saja. Tapi di Indonesia, bukankah paradigma yang masih kerap dipegang adalah ke dokter = dapat obat? Sehingga tak jarang dokter malah tidak bisa bertindak rasional karena tuntutan pasien. Aku juga sadar sistem kesehatan di Indonesia memang masih ruwet. Kebijakan obat nasional belum berpihak pada rakyat. Perusahaan obat bebas beraksi‘ tanpa ada peraturan dan hukum yang tegas dari pemerintah. Dokter pun bebas meresepkan obat apa saja tanpa ngeri mendapat sangsi. Intinya, sistem kesehatan yang ada di Indonesia saat ini membuat dokter menjadi sulit untuk bersikap rasional.
 Lalu dimana ujung pangkal salahnya? Ah rasanya percuma mencari-cari ujung pangkal salahnya. Menunjuk siapa yang salah pun tak ada gunanya. Tapi kondisi tersebut jelas tak bisa dibiarkan. Siapa yang harus memulai perubahan? Pemerintah, dokter, petugas kesehatan, perusahaan obat, tentu semua harus berubah. Namun, dalam kondisi seperti ini, mengharapkan perubahan kebijakan pemerintah dalam waktu dekat sungguh seperti pungguk merindukan bulan. Yang pasti, sebagai pasien kita pun tak bisa tinggal diam. Siapa bilang pasien tak punya kekuatan untuk merubah sistem kesehatan? Setidaknya, bila pasien 'bergerak', masalah kesehatan di Indonesia, utamanya kejadian pemakaian obat yang tidak rasional dan kesalahan medis tentu bisa diturunkan.
[ Read More ]