Selamat Datang Di Pondok Tnur

PONDOK TNUR

  • Catatan Admin

    “Assalamu'alaikum wr.wb. Awal januari 2011 pertama kalinya blog pondok tnur ini dibuatkan oleh suamiku untuk mengisi hari-hariku dengan berbagai macam informasi dan cerita. Berjam-jam bahkan terkadang ku habiskan malam untuk mempercantik blog ini...

  • Kisah Seorang Anak Yang Di Aborsi Di Dalam Rahim Ibu

    Bulan 1: Ma, panjangku itu cuma 2 cm, tapi aku udah ada dibadan mama... aku sayang mama, bunyi detak jantung mama itu jadi musik terindah yang menemaniku di sini. Bulan 2: Ma, aku udah bisa ngisep jari imutku lho, di sini hangat ma, nanti kalau aku...

  • Kisah Mengharukan:Suamiku Maafkan Aku

    Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami...

  • Kisah Seorang Suami Yg menyesal Telah Meninggalkan Istrinya

    Aq mengenalnya saat dalam satu organisasi pemuda Islam, Dia sangat aktif, smart, serba bisa, dan sholehah. Aq sangat tertantang ketika jadi satu dalam forum rapat denganya pendapatnya selalu ku bantah meski ku tau pendapatnya itu benar....

  • Suamiku Aku Cemburu Padanya

    Bismillahirr Rahmanirr Rahim ... Ini adalah cerita dari salah satu Saudaraku yang kucintai karena Allah. Beliau bercerita sedikit kisah hidupnya yang coba untuk kubagi kepada saudara-saudari semoga bisa memberi hikmah. Atau mungkin ada di antara saudara-saudari yang juga mengalami kisah yang sama dengan saudaraku ini??? ...

  • Hadiah Terakhir Dari Sang Ayah (Kisah Sedih mengharukan)

    Di sebuah perumahan terkenal di jakarta tinggalah seorang gadis bersama sang ayah, sang ibu telah lama mendahuluinya pergi sejak ia masih kecil. . Seorang gadis yg akan di wisuda, sebentar lagi dia akan menjadi seorang sarjana...

  • Anakmu Ingin Bermain Denganmu

    Menjelang malam ada seorang anak kecil sedang duduk diteras sambil melihat-lihat pintu gerbang. Anak kecil itu menunggu kedatangan Mamah dan Papah-nya untuk bisa main denganya. Anak itu tiba-tiba tersenyum dan bangkit dari duduknya setelah melihat Mamahnya membuka pintu gerbang lalu berkata pada Mamahnya...

  • Suamiku Kini Telah Tiada dan Penyesalanku Yang Terus Ada

    Kisah nyata yang akan membuat setiap orang terharu setelah membacanya ini saya dapatkan dari sebuah notes di facebook bernama @Rina Amalina, semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua terutama bagi kaum hawa yg sudah berkeluarga... Ini adalah kisah nyata di kehidupanku...

sperky, prstene
Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Selera makanku mendadak punah. Hanya ada rasa kesal dan
jengkel yang memenuhi kepala ini. Duh, betapa tidak gemas,
dalam keadaan lapar memuncak seperti ini, makanan yang
tersedia tak ada yang memuaskan lidah. Sayur sop rasanya
manis bak kolak pisang, sedang perkedelnya asin tak
ketulungan.
"Ummi... Ummi, kapan kamu dapat memasak dengan benar?
Selalu saja, kalau tak keasinan, kemanisan, kalau tak keaseman,
ya kepedesan!" Ya, aku tak bisa menahan emosi untuk tak
menggerutu.
"Sabar Bi, Rasulullah juga sabar terhadap masakan Aisyah dan
Khodijah. Katanya mau kayak Rasul? Ucap isteriku kalem.
"Iya. Tapi Abi kan manusia biasa. Abi belum bisa sabar seperti
Rasul. Abi tak tahan kalau makan terus menerus seperti ini!"
Jawabku masih dengan nada tinggi.
Mendengar ucapanku yang bernada emosi, kulihat isteriku
menundukkan kepala dalam-dalam. Kalau sudah begitu, aku
yakin pasti air matanya merebak.
*******
Sepekan sudah aku ke luar kota. Dan tentu, ketika pulang benak
ini penuh dengan jumput-jumput harapan untuk menemukan
baiti jannati di rumahku. Namun apa yang terjadi? Ternyata
kenyataan tak sesuai dengan apa yang kuimpikan. Sesampainya
di rumah, kepalaku malah mumet tujuh keliling. Bayangkan saja,
rumah kontrakanku tak ubahnya laksana kapal pecah. Pakaian
bersih yang belum disetrika menggunung di sana sini. Piring-
piring kotor berpesta-pora di dapur, dan cucian, wouw!
berember-ember. Ditambah lagi aroma bau busuknya yang
menyengat, karena berhari-hari direndam dengan deterjen tapi
tak juga dicuci. Melihat keadaan seperti ini aku cuma bisa
beristigfar sambil mengurut dada.
"Ummi... Ummi, bagaimana Abi tak selalu kesal kalau keadaan
terus menerus begini?" ucapku sambil menggeleng-gelengkan
kepala. "Ummi... isteri sholihah itu tak hanya pandai ngisi
pengajian, tapi dia juga harus pandai dalam mengatur tetek
bengek urusan rumah tangga. Harus bisa masak, nyetrika, nyuci,
jahit baju, beresin rumah?"
Belum sempat kata-kataku habis sudah terdengar ledakan
tangis isteriku yang kelihatan begitu pilu. "Ah...wanita gampang
sekali untuk menangis," batinku. "Sudah diam Mi, tak boleh
cengeng. Katanya mau jadi isteri shalihah? Isteri shalihah itu
tidak cengeng," bujukku hati-hati setelah melihat air matanya
menganak sungai.
"Gimana nggak nangis! Baru juga pulang sudah ngomel-ngomel
terus. Rumah ini berantakan karena memang Ummi tak bisa
mengerjakan apa-apa. Jangankan untuk kerja, jalan saja susah.
Ummi kan muntah-muntah terus, ini badan rasanya tak
bertenaga sama sekali," ucap isteriku diselingi isak tangis. "Abi
nggak ngerasain sih bagaimana maboknya orang yang hamil
muda..." Ucap isteriku lagi, sementara air matanya kulihat tetap
merebak.
Hamil muda?!?! Subhanallah … Alhamdulillah…
*******
Bi..., siang nanti antar Ummi ngaji ya...?" pinta isteriku. "Aduh,
Mi... Abi kan sibuk sekali hari ini. Berangkat sendiri saja ya?"
ucapku.
"Ya sudah, kalau Abi sibuk, Ummi naik bis umum saja, mudah-
mudahan nggak pingsan di jalan," jawab isteriku.
"Lho, kok bilang gitu...?" selaku.
"Iya, dalam kondisi muntah-muntah seperti ini kepala Ummi
gampang pusing kalau mencium bau bensin. Apalagi ditambah
berdesak-desakan dalam dengan suasana panas menyengat.
Tapi mudah-mudahan sih nggak kenapa-kenapa," ucap isteriku
lagi.
"Ya sudah, kalau begitu naik bajaj saja," jawabku ringan.
Pertemuan dengan mitra usahaku hari ini ternyata diundur
pekan depan. Kesempatan waktu luang ini kugunakan untuk
menjemput isteriku. Entah kenapa hati ini tiba-tiba saja menjadi
rindu padanya. Motorku sudah sampai di tempat isteriku
mengaji. Di depan pintu kulihat masih banyak sepatu berjajar, ini
pertanda acara belum selesai. Kuperhatikan sepatu yang
berjumlah delapan pasang itu satu persatu. Ah, semuanya
indah-indah dan kelihatan harganya begitu mahal. "Wanita,
memang suka yang indah-indah, sampai bentuk sepatu pun
lucu-lucu," aku membathin.
Mataku tiba-tiba terantuk pandang pada sebuah sendal jepit
yang diapit sepasang sepatu indah. Kuperhatikan ada inisial
huruf M tertulis di sandal jepit itu. Dug! Hati ini menjadi luruh.
"Oh....bukankah ini sandal jepit isteriku?" tanya hatiku. Lalu
segera kuambil sandal jepit kumal yang tertindih sepatu indah
itu. Tes! Air mataku jatuh tanpa terasa. Perih nian rasanya hati
ini, kenapa baru sekarang sadar bahwa aku tak pernah
memperhatikan isteriku. Sampai-sampai kemana-mana ia pergi
harus bersandal jepit kumal. Sementara teman-temannnya
bersepatu bagus.
"Maafkan aku Maryam," pinta hatiku.
"Krek...," suara pintu terdengar dibuka. Aku terlonjak, lantas
menyelinap ke tembok samping. Kulihat dua ukhti berjalan
melintas sambil menggendong bocah mungil yang berjilbab
indah dan cerah, secerah warna baju dan jilbab umminya.
Beberapa menit setelah kepergian dua ukhti itu, kembali
melintas ukhti-ukhti yang lain. Namun, belum juga kutemukan
Maryamku. Aku menghitung sudah delapan orang keluar dari
rumah itu, tapi isteriku belum juga keluar. Penantianku berakhir
ketika sesosok tubuh berabaya gelap dan berjilbab hitam
melintas. "Ini dia mujahidah (*) ku!" pekik hatiku. Ia beda
dengan yang lain, ia begitu bersahaja. Kalau yang lain memakai
baju berbunga cerah indah, ia hanya memakai baju warna gelap
yang sudah lusuh pula warnanya. Diam-diam hatiku kembali
dirayapi perasaan berdosa karena selama ini kurang
memperhatikan isteri.
Ya, aku baru sadar, bahwa semenjak menikah belum pernah
membelikan sepotong baju pun untuknya. Aku terlalu sibuk
memperhatikan kekurangan-kekurangan isteriku, padahal di balik
semua itu begitu banyak kelebihanmu, wahai Maryamku. Aku
benar-benar menjadi malu pada Allah dan Rasul-Nya. Selama
ini aku terlalu sibuk mengurus orang lain, sedang isteriku tak
pernah kuurusi. Padahal Rasul telah berkata: "Yang terbaik di
antara kamu adalah yang paling baik terhadap keluarganya."
Sedang aku? Ah, kenapa pula aku lupa bahwa Allah menyuruh
para suami agar menggauli isterinya dengan baik. Sedang aku
terlalu sering ngomel dan menuntut isteri dengan sesuatu yang
ia tak dapat melakukannya. Aku benar-benar merasa menjadi
suami terzalim!
"Maryam...!" panggilku, ketika tubuh berabaya gelap itu
melintas. Tubuh itu lantas berbalik ke arahku, pandangan
matanya menunjukkan ketidakpercayaan atas kehadiranku di
tempat ini. Namun, kemudian terlihat perlahan bibirnya
mengembangkan senyum. Senyum bahagia.
"Abi...!" bisiknya pelan dan girang. Sungguh, baru kali ini aku
melihat isteriku segirang ini.
"Ah, betapa manisnya wajah istriku ketika sedang kegirangan…
kenapa tidak dari dulu kulakukan menjemput isteri?" sesal
hatiku.
Esoknya aku membeli sepasang sepatu untuk isteriku. Ketika
tahu hal itu, senyum bahagia kembali mengembang dari
bibirnya. "Alhamdulillah, jazakallahu...," ucapnya dengan suara
mendalam dan penuh ketulusan.
Ah, Maryamku, lagi-lagi hatiku terenyuh melihat polahmu. Lagi-
lagi sesal menyerbu hatiku. Kenapa baru sekarang aku bisa
bersyukur memperoleh isteri zuhud (**) dan 'iffah (***)
sepertimu? Kenapa baru sekarang pula kutahu betapa nikmatnya
menyaksikan matamu yang berbinar-binar karena perhatianku?
Keterangan
(*) mujahidah : wanita yang sedang berjihad
(**) zuhud : membatasi kebutuhan hidup secukupnya walau
mampu lebih dari itu
(***) ‘iffah : mampu menahan diri dari rasa malu
_________________
Semoga bermanfaat
Repost from:Agus AL-kadiri
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 2 komentar

Sore itu, menunggu kedatangan teman yang akan menjemputku di masjid ini seusai ashar. seorang akhwat datang, tersenyum dan duduk disampingku, mengucapkan salam, sambil berkenalan dan sampai pula pada pertanyaan itu. 

“Dara sudah menikah?”. “Belum mbak”, jawabku. Kemudian akhwat itu .bertanya lagi “kenapa?” hanya bisa ku jawab dengan senyuman. ingin ku jawab karena masih kuliah, tapi rasanya itu bukan alasan.

“mbak menunggu siapa?” aku mencoba bertanya. “nunggu suami” jawabnya. Aku melihat kesamping kirinya, sebuah tas laptop dan sebuah tas besar lagi yang tak bisa kutebak apa isinya. Dalam hati bertanya- tanya, dari mana mbak ini? Sepertinya wanita karir. Akhirnya kuberanikan juga untuk bertanya “mbak kerja dimana?”, ntahlah keyakinan apa yg meyakiniku bahwa mbak ini seorang pekerja, padahal setahuku, akhwat2 seperti ini kebanyakan hanya mengabdi sebagai ibu rumah tangga.

“Alhamdulillah 2 jam yang lalu saya resmi tidak bekerja lagi” , jawabnya dengan wajah yang aneh menurutku, wajah yang bersinar dengan ketulusan hati.

“kenapa?” tanyaku lagi.

Dia hanya tersenyum dan menjawab “karena inilah cara satu cara yang bisa membuat saya lebih hormat pada suami” jawabnya tegas.

Aku berfikir sejenak, apa hubungannya? Heran. Lagi-lagi dia hanya tersenyum.

Ukthy, boleh saya cerita sedikit? Dan saya berharap ini bisa menjadi pelajaran berharga buat kita para wanita yang Insya Allah akan didatangi oleh ikhwan yang sangat mencintai akhirat.

“saya bekerja di kantor, mungkin tak perlu saya sebutkan nama kantornya. Gaji saya 7juta/bulan. Suami saya bekerja sebagai penjual roti bakar di pagi hari, es cendol di siang hari. Kami menikah baru 3 bulan, dan kemarinlah untuk pertama kalinya saya menangis karena merasa durhaka padanya. Waktu itu jam 7 malam, suami baru menjemput saya dari kantor, hari ini lembur, biasanya sore jam 3 sudah pulang. Saya capek sekali ukhty. Saat itu juga suami masuk angin dan kepalanya pusing. Dan parahnya saya juga lagi pusing. Suami minta diambilkan air minum, tapi saya malah berkata, “abi, umi pusing nih, ambil sendirilah”.

Pusing membuat saya tertidur hingga lupa sholat isya. Jam 23.30 saya terbangun dan cepat-cepat sholat, Alhamdulillah pusing pun telah hilang. Beranjak dari sajadah, saya melihat suami saya tidur dengan pulasnya. Menuju ke dapur, saya liat semua piring sudah bersih tercuci. Siapa lagi yang bukan mencucinya kalo bukan suami saya? Terlihat lagi semua baju kotor telah di cuci. Astagfirullah, kenapa abi mengerjakan semua ini? Bukankah abi juga pusing tadi malam? Saya segera masuk lagi ke kamar, berharap abi sadar dan mau menjelaskannya,tapi rasanya abi terlalu lelah, hingga tak sadar juga. Rasa iba mulai memenuhi jiwa saya, saya pegang wajah suami saya itu, ya Allah panas sekali pipinya, keningnya, Masya Allah, abi deman, tinggi sekali panasnya. Saya teringat atas perkataan terakhir saya pada suami tadi. Hanya disuruh mengambilkan air minum saja, saya membantahnya. Air mata ini menetes, betapa selama ini saya terlalu sibuk diluar rumah, tidak memperhatikan hak suami saya.”

Subhanallah, aku melihat mbak ini cerita dengan semangatnya, membuat hati ini merinding. Dan kulihat juga ada tetesan air mata yg di usapnya."kata Dara,.

“Dara tau berapa gaji suami saya? Sangat berbeda jauh dengan gaji saya. Sekitar 600-700rb/bulan. 10x lipat dari gaji saya. Dan malam itu saya benar-benar merasa durhaka pada suami saya. Dengan gaji yang saya miliki, saya merasa tak perlu meminta nafkah pada suami, meskipun suami selalu memberikan hasil jualannya itu pada saya, dan setiap kali memberikan hasil jualannya , ia selalu berkata “umi,,ini ada titipan rezeki dari Allah. Di ambil ya. Buat keperluan kita. Dan tidak banyak jumlahnya, mudah2an umi ridho”, begitu katanya.

Kenapa baru sekarang saya merasakan dalamnya kata-kata itu. Betapa harta ini membuat saya sombong pada nafkah yang diberikan suami saya”, lanjutnya

“Alhamdulillah saya sekarang memutuskan untuk berhenti bekerja, mudah-mudahan dengan jalan ini, saya lebih bisa menghargai nafkah yang diberikan suami. Wanita itu begitu susah menjaga harta, dan karena harta juga wanita sering lupa kodratnya, dan gampang menyepelekan suami.” Lanjutnya lagi, tak memberikan kesempatan bagiku untuk berbicara.

“beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke rumah orang tua, dan menceritakan niat saya ini. Saya sedih, karena orang tua dan saudara-saudarasaya tidak ada yang mendukung niat saya untuk berhenti berkerja. Malah mereka membanding-bandingkan pekerjaan suami saya dengan orang lain.”

Aku masih terdiam, bisu, mendengar keluh kesahnya. Subhanallah, apa aku bisa seperti dia? Menerima sosok pangeran apa adanya, bahkan rela meninggalkan pekerjaan.

“kak, kita itu harus memikirkan masa depan. Kita kerja juga untuk anak-anak kita kak. Biaya hidup sekarang ini besar. Begitu banyak orang yang butuh pekerjaan. Nah kakak malah pengen berhenti kerja. Suami kakak pun penghasilannya kurang. Mending kalo suami kakak pengusaha kaya, bolehlah kita santai-santai aja di rumah. Salah kakak juga sih, kalo ma jadi ibu rumah tangga, seharusnya nikah sama yang kaya. Sama dokter muda itu yang berniat melamar kakak duluan sebelum sama yang ini. Tapi kakak lebih milih nikah sama orang yang belum jelas pekerjaannya. Dari 4 orang anak bapak, Cuma suami kakak yang tidak punya penghasilan tetap dan yang paling buat kami kesal, sepertinya suami kakak itu lebih suka hidup seperti ini, ditawarin kerja di bank oleh saudara sendiri yang ingin membantupun tak mau, sampai heran aku, apa maunya suami kakak itu”. Ceritanya kembali, menceritakan ucapan adik perempuannya saat dimintai pendapat.

“Dara tau, saya hanya bisa nangis saat itu. Saya menangis bukan Karena apa yang dikatakan adik saya itu benar, bukan karena itu. Tapi saya menangis karena imam saya dipandang rendah olehnya. Bagaimana mungkin dia meremehkan setiap tetes keringat suami saya, padahal dengan tetesan keringat itu, Allah memandangnya mulia. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang senantiasa membangunkan saya untuk sujud dimalam hari. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang dengan kata-kata lembutnya selalu menenangkan hati saya. Bagaimana mungkin dia menghina orang yang berani datang pada orang tua saya untuk melamar saya, padahal saat itu orang tersebut belum mempunyai pekerjaan. Baigaimana mungkin seseorang yang begitu saya muliakan, ternyata begitu rendah dihadapannya hanya karena sebuah pekerjaan.

Saya memutuskan berhenti bekerja, karena tak ingin melihat orang membanding-bandingkan gaji saya dengan gaji suami saya. Saya memutuskan berhenti bekerja juga untuk menghargai nafkah yang diberikan suami saya. Saya juga memutuskan berhenti bekerja untuk memenuhi hak-hak suami saya. Semoga saya tak lagi membantah perintah suami. Semoga saya juga ridho atas besarnya nafkah itu. Saya bangga ukhti dengan pekerjaan suami saya, sangat bangga, bahkan begitu menghormati pekerjaannya, karena tak semua orang punya keberanian dengan pekerjaan itu. Kebanyakan orang lebih memilih jadi pengangguran dari pada melakukan pekerjaan yang seperti itu. Tapi lihatlah suami saya, tak ada rasa malu baginya untuk menafkahi istri dengan nafkah yang halal. Itulah yang membuat saya begitu bangga pada suami saya.

Semoga jika Dara mendapatkan suami seperti saya, Dara tak perlu malu untuk menceritakannyapekerjaan suami Dara pada orang lain. Bukan masalah pekerjaannya ukhty, tapi masalah halalnya, berkahnya, dan kita memohon pada Allah, semoga Allah menjauhkan suami kita dari rizki yang haram”. Ucapnya terakhir, sambil tersenyum manis padaku.

Dia mengambil tas laptopnya,, bergegas ingin meninggalkannku. Kulihat dari kejauhan seorang ikhwan dengan menggunakan sepeda motor butut mendekat ke arah kami, wajahnya ditutupi kaca helm, meskipun tak ada niatku menatap mukanya. Sambil mengucapkan salam, meninggalkannku. Wajah itu tenang sekali, wajah seorang istri yang begitu ridho.

Ya Allah...

Sekarang giliran aku yang menangis. Hari ini aku dapat pelajaran paling baik dalam hidupku.

Pelajaran yang membuatu menghapus sosok pangeran kaya yang ada dalam benakku..

Subhanallah...

Sahabat...
Kekeliruan slama ini, orang mengganggap kebahagiaan itu adalan kaya akan materi... mobil mewah... rumah bagus...
Tapi sesungguhnya kekayaan sebanarnya itu ada saat kita merasa cukup akan nikmat ALLAH walaupun tampa ada materi yang bersifat wah.
(Sumber:mafiavent,blogspot)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

…Untuk menjadikan sepasang mata yang indah dan memesona, maka pandanglah kebaikan-kebaikan dari orang-orang, jangan mencari-cari keburukan mereka…

Rasulullah pun mewanti-wanti, “Wahai sekalian orang yang beriman dengan lisannya yang belum sampai ke dalam hatinya, janganlah kalian mengganggu kaum muslimin, janganlah kalian menjelek-jelekkannya, janganlah kalian mencari-cari aibnya. Barang siapa yang mencari-cari aib saudaranya sesama muslim niscaya Allah akan mencari aibnya. Barang siapa yang Allah mencari aibnya niscaya Allah akan menyingkapnya walaupun di dalam rumahnya.” (HR. At Tirmidzi)

Kecantikan sejati seorang muslimah tidak terletak pada keelokan dan keindahan fisik atau keglamoran pakaiannya. Kecantikannya sangat dipengaruhi perilaku dan ketaatannya kepada Allah dan Rasulullah. Kecantikan sebenarnya direfleksikan dalam jiwa.

Maka jadikan malu karena Allah sebagai perona pipinya.
Penghias rambutnya adalah jilbab yang terulur sampai dadanya.
Zikir yang senantiasa membasahi bibir adalah lipstiknya.
Kacamatanya adalah penglihatan yang terhindar dari maksiat.
Air wudhu adalah bedaknya untuk cahaya di akhirat.
Kaki indahnya selalu menghadiri majelis ilmu.
Tangannya selalu berbuat baik kepada sesama.
Pendengaran yang ma’ruf adalah anting muslimah.
(Sumber:grupMenujuKeluargaCerdas)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Kaum feminis bilang, susah menjadi wanita ISLAM. Lihat saja peraturan dibawah ini:

1. Wanita auratnya lebih susah dijaga dibanding lelaki.
2. Wanita perlu meminta izin dari suaminya apabila mau keluar rumah tetapi tidak sebaliknya.
3. Wanita saksinya kurang dibanding lelaki.
4. Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki.
5. Wanita harus menghadapi kesusahan mengandung dan melahirkan anak.
6. Wanita wajib taat kepada suaminya tetapi suami tak perlu taat pada isterinya.
7. Talak ada di tangan suami dan bukan isteri.
8. Wanita kurang banyak beribadah karena masalah haid dan nifas yang tidak dialami lelaki.

Makanya mereka tidak lelah-lelahnya berpromosi untuk "MEMERDEKAKAN WANITA ISLAM"!
Pernahkah kita lihat sebaliknya (kenyataannya)...??
Benda yang mahal harganya akan dijaga dan dibelai serta disimpan di tempat yang teraman dan terbaik.
Sudah pasti intan permata tidak akan dibiarkan terserak, bukan?

Itulah bandingannya dengan seorang wanita.
Wanita perlu taat kepada suami tetapi lelaki pun wajib taat kepada ibunya 3 kali lebih utama dari bapaknya.
Bukankah ibu adalah seorang wanita?

Wanita menerima pusaka atau warisan kurang dari lelaki tetapi harta itu menjadi milik pribadinya dan tidak perlu diserahkan kepada suaminya.
Manakala lelaki menerima pusaka atau warisan, ia akan menggunakan hartanya untuk
isteri dan anak-anaknya.

Wanita perlu bersusah payah mengandung dan melahirkan anak, tetapi setiap saat dia didoakan oleh segala makhluk, malaikat, dan seluruh makhluk ALLAH di mukabumi ini, dan matinya jika karena melahirkan adalah syahid.

Di akhirat kelak, seorang lelaki akan mempertanggungjawabkan 4 wanita ini: Isterinya, ibunya, anak perempuannya, dan saudara perempuannya.

Seorang wanita pula, tanggung jawab terhadapnya ditanggung oleh 4 orang lelaki ini: Suaminya, ayahnya, anak lelakinya dan saudara lelakinya.

Seorang wanita boleh memasuki pintu syurga melalui pintu manapun yang disukainya cukup dengan 4 syarat saja : shalat 5 waktu, puasa di bulan Ramadhan, taat pada suaminya dan menjaga kehormatannya.

Seorang lelaki perlu pergi berjihad fisabilillah tetapi wanita jika taat pada suaminya serta menunaikan tanggungjawabnya kepada ALLAH, ia akan turut menerima pahala seperti pahala orang pergi berperang fisabilillah tanpa perlu mengangkat senjata.

MasyaALLAH... demikian sayangnya ALLAH pada wanita, kan?

Bagaimana......? Masih merasa tidak adil?
Berbahagialah menjadi seorang muslimah!!!
(Sumber:grupMenujuKeluargaCerdas)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 1 komentar

Wanita Indonesia yang super, sadarilah bahwa semakin sukses suami Anda, semakin dia menarik bagi wanita lain. 

Kehidupan ini semakin pelik dan mahal, sehingga daya tarik utama laki-laki bukan lagi ketampanan atau otot, tapi sukses dalam karir dan ekonomi. 

Dan banyak wanita berkualitas di luar sana yang masih sendiri dan memantaskan diri bagi pria-pria yang sukses.

Maka rawatlah laki-laki Anda dengan penuh kasih.

Laki-laki yang baik itu praktis. Kalau dia terawat dengan baik di rumah, dia tidak akan mencari komplikasi yang berbahaya bagi karir dan nama baiknya di luar sana.

Family is job number one.

Keluarga adalah tugas utama kita. Marilah kita berhasil dalam membangun keluarga yang damai, sejahtera, dan berbahagia.

Semoga Tuhan menyandingkan Anda dengan sebaik-baiknya belahan jiwa, dan membahagiakan Anda berdua dalam keluarga yang dirahmati Tuhan.

Aamiin

Mario Teguh – Loving you all as always

----------------

MTGW - Cinta Itu Praktis
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Saya banyak bertemu anak-anak yang menyampaikan pada saya bahwa sesungguhnya ia ingin selalu membuat orang tuanya bahagia, tapi dia tidak mengerti mengapa orang tuanya selalu menganggapnya berbuat keliru dan salah. 

Tapi aku tidak pernah di beritahu dan di ajari bagaimana untuk berbuat benar.

Aku hanya berpikir apakah dulu waktu orang tuaku se usiaku apakah ia adalah anak yang begitu sempurna dan tidak pernah membuat kesalahan seperti diriku...??

Belum lagi ucapan2 mereka yang sering membuatku bingung, seperti suatu ketika aku ingin melihat film yang orang tuaku lihat bersama, tapi tiba2 aku di bentak sambil berkata " Eh kamu MASIH KECIL belum boleh nonton film seperti ini," tapi di waktu yang hampir bersamaan aku ingin tidur bersama mama dan papaku tiba-tiba aku di bentak lagi "Eh gimana sich kamu ini SUDAH BESAR kok gak berani tidur di kamar sendiri."

Aku jadi bingung sendiri sebenarnya AKU INI SUDAH BESAR ATAU MASIH KECIL SICH ? itu hanya sebagian kecil saja contoh dari cara berpikir orang tuaku yang sulit aku pahami dan membingungkan aku setiap hari.

Saya hanya bisa tertegun mendengarkan penuturannya, sambil refleksi diri sebagai orang tua dan mengingat2 kembali masa kecilku dulu..

Mari kita renungkan bersama.

(Sumber:komunitas ayah edy )
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Andai pertanyaan ini dilontarkan kepada setiap istri, sudah pasti mereka akan bilang sangat ikhlas mencintai suami. Sama sekali tidak terbetik dibenaknya untuk mengkhianati dia. Namun bukan demikian yang kami maksud dengan pertanyaan ini. Ikhlas itu meliputi banyak hal. Kekhlasan ruhani lebih utama dibandingkan keikhlasan fisik, yaitu persahabatan antara suami-istri. Dengan kata lain, seorang istri harus bisa menemani suaminya dalam berfikir, fisik, juga dalam masalah finansial. Maka masing2 ikut memberikan sumbangan pendapatannya guna memenuhi kebutuhan rumahtangga.

Wahai para istri, jika ada diantara kalian yg bekerja diluar rumah dan telat pulang dengan kondisi fisik yg sangat lemah, kemudian engkau ingin makan malam lebih dulu supaya dapat tidur lebih awal, maka dalam konfisi seperti ini engkau berarti tidak ikhlas mencintai suamimu.

Jika sehabis menikah engkau lantas ingin membatasi kekuasaan suamimu, berarti engkau tidak ikhlas mencintainya.

Apabila engkau tahu suamimu tidaklah menyukai makanan tertentu, sementara engkau bersikeras memasak makanan tersebut, itu berarti antara dirimu dan keikhlasan terhadap suamimu menempuh jalan yg berbeda, sendiri-sendiri.

Istri yg suka memotong pembicaraan suami ketika mengutarakan sesuatu kepada dirinya, atau dihadapan sekelompok kecil jamaah yg juga didatangi sang istri, istri yg merasa lebih tinggi dari suaminya karena lebih terpelajar, lebih banyak menguasai pengetahuan, dan lebih banyak mendapatkan uang, serta istri yg memusatkan seluruh perhatiaannya kepada anak2 dan melupakan suami...tipikalistri yg demikian termasuk yg tidak ikhlas, jika ikhlas yg kita maksud dalam makna yg sangat luas. Persoalannya sekarang, ikhlaskah engkau mencintai suamimu??...
(Sumber:yusufsaad,buku MemeliharaKesetiaanSuami)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Suami : Sayang, maafin aku ya!!

Istri : maaf kenapa maas..??

Suami : iya, dari awal kita Menikah sampai saat ini belum bisa memberikan yang terbaik buat kamu,bahkan untuk makan sehari-hari dan biaya untuk anak2 sekolah pun sangat pas2an skali..

Maafkan mas ya,Aku harap kamu mau bersabar atas keadaanku yang skarang ini..

Istri : Masya'Allah,
bagiku tidak masalah maas..

Melihat kamu gigih dalam bekerja walaupun pekerjaanmu hanya biasa2 saja, kemudian engkau pulang dengan selamat dengan keringat hasil kerja keras yang Halal , itu sudah sangat Istimewa buat aku..

Apalagi kesabaranmu selama ini menghadapi bawel2an aku,anak2 yang suka nakal itu udah membuat rumah tangga kita sudah seperti layaknya di syurga..

Tidak mengapa kita kekurangan harta, selama kita tidak miskin Iman dan kebahagiaan aku bersyukur maas..

Suami : SubhanaAllah..

Sungguh Alhamdulillah aku bisa mendapatkan seorang istri sepertimu..

Semoga Allah senantiasa memberkahimu dalam setiap keadaan wahai Istriku.. [terharu bahagia]

Ya Allah,,,Ya Rabb,,,,
Anugerahkan Lah Pasangan Yang Baik , Sholeh / Sholeha Untuk Ku Dan Untuk Setiap Orang yang Mengucap “Aamiin”,,, Jadikan lah Keluarga Kami Sakinah Mawadah Warrahma.

Aamiin,,,,
(Sumber:fb-indonesiahijabers)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Manakala anda tersenyum meskipun hati anda penuh kesusahan, berarti anda meringankan beban penderitaan anda sendiri dan membukakan bagi diri anda pintu keluar dari kesedihan anda.

Jangan ragu untuk tersenyum. Sesungguhnya dalam diri anda terkandung potensi yg berlimpah untuk tersenyum. Oleh karena itu, janganlah anda menyembunyikannya. Kalau demikian, berarti anda menyekap diri sendiri di dalam rumah kaca siksaan dan kepedihan. Sesungguhnya tiada ruginya bagi anda untuk tersenyum dan bicara bersama orang lain dgn bahasa yg manis. Alangkah indahnya bibir kita bila bicara dgn bahasa senyum .

Stephen gazzel mengatakan " senyuman adalah suatu keharusan dalam bermasyarakat". Ada benarnya jg apa yg dikatakanhya itu, karena bila anda ingin bergaul dgn orang lain , anda harus bersikap baik dgn mereka. Anda harus menyadari bahwa kehidupan bersosial menuntut anda untuk pandai membawa diri dan menyesuaikannya dengan keadaan. Diantara kepandaian itu ialah murah senyum, karena semua orang pasti senang dengan senyuman. Manakala bila anda tersenyum dihadapan orang lain, berarti anda memberi kepada mereka gambaran yg indah tentang hidup ini dan menumbuhkan jiwa yg optimis dalam diri mereka serta menggembirakan mereka dgn harapan yg paling indah.
(Sumber:buku; Jadilah Wanita yg plg Bahagia)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

DOA MINTA RUMAH

Katakanlah Aamiin atau Like, 
jika Anda juga meminta sebuah rumah dari Tuhan ...

Tuhan, aku ingin punya rumah.
Aku mohon Kau beri aku rumah, ya Tuhan.
Tidak usah terlalu besar,
kecil juga tidak mengapa –
asal sehat, aman, dan asri.

Tuhan, itu permohonanku malam ini.

Mohon maaf kalau caraku meminta ini
sangat sederhana,
tapi aku yakin sekali
Engkau Maha Mengerti,
dan cara-caraMu juga sangat sederhana
untuk tiba-tiba – eh?! aku punya rumah.

Engkau tahu betapa rindu hati ini
untuk menerima jawaban dari permintaanku ini,
maka kabulkanlah ya Tuhanku.

Aamiin

Tuhan, berilah aku sebuah rumah.

Aamiin

----------------

Mario Teguh – Loving you all as always

Semoga Tuhan juga menyiapkan belahan jiwa yang akan mengindahkan kehidupan Anda di dalam rumah hadiah dari Tuhan itu.

Aamiin

(Sumber:marioteguh)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Sidiq kesehariannya bekerja diluar rumah. Ia berangkat pada pagi hari dan pulang pada sore hari. Anisah tinggal dirumah sendirian. Untuk menghibur hati sang istri dan teman dikala kesepian Sidiq membelikan Anisah komputer. Komputer tersebut diletakkan didalam kamar dan disambungkan padanya internet. Awalnya Anisah tidak tahu apa-apa tentang komputer. Sidiqlah yang mengajarkan cara penggunaan komputer. Hingga pada akhirnya Anisah sudah biasa menggunakan komputer sendiri dengan baik.

Sehabis menyelesaikan pekerjaan rumah, Anisah memanfaatkan waktunya didepan komputer, mengakses berita dan mengikuti perkembangan dunia Islam. Waktu pun terus berjalan dan kehidupan mereka tetap harmonis dan tentram. Sehingga sampai pada suatu hari, Anisah masuk ruang chating dan disanalah ia mulai berkenalan dengan banyak orang. Awalnya hanya tanya jawab tentang nama, tempat tinggal, sehingga karena sudah keasyikan pembicaraan menjadi panjang dan lebar. Telah banyak teman dan kenalan Anisah di ruang chating. Dan setiap hari sehabis pekerjaan rumah, Anisah lebih banyak menghabiskan waktunya untuk chating.

Hingga pada suatu ketika, Anisah berkenalan dengan seorang pemuda di ruang chating, namanya Fatih. Chating mereka lakukan dengan menggunakan kamera. Sehingga diantara mereka saling melihat. Awalnya pembicaran mereka hanya berkisar tanya nama, tempat tinggal dan lainnya. Namun chating ini terus berlangsung setiap hari. Sehingga timbullah rasa suka dihati Fatih pada Anisah. Ia mulai bermanis kata dan merayu. Fatih mulai berkata-kata yang membuat tersentuh hati Anisah. Setan pun tak tinggal diam. Membisikkan kedalam hati Anisah hal-hal yang tidak baik. Anisah berusaha untuk menolak dan melawannya. Namun karena mereka chating setiap hari, dengan saling melihat, akhirnya sedikit demi sedikit timbullah dihati Anisah perasaan suka pada Fatih. Sebenarnya Fatih menyukai Anisah hanya karena kecantikan wajahnya saja, rasa suka yang berlandaskan pada hasrat nafsu. Dan akhirnya Anisah juga terpedaya dengan kata-kata dan ketampanan Fatih yang menjadi teman chatingnya setiap hari tersebut.

Chating itupun terus berlangsung. Dan Sidiq tidak menaruh curiga pada Anisah. Karena ia sangat percaya pada Anisah. Dan Anisah pun sangat pandai menyimpan rahasia. Namun sesuatu yang busuk bagaimanapun pintar menyimpan akan ketahuan juga baunya. Akhirnya Sidiq mulai curiga dengan gelagat Anisah, sehingga setelah ia selidiki akhirnya ia mengetahui bahwa Anisah telah menjalin hubungan gelap dengan seorang pemuda di ruang chating. Sidiq sangat marah dan akhirnya ia menjual komputer tersebut. Dan memperingatkan Anisah untuk segera bertobat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. dan meninggalkan pemuda tersebut. Anisah pun mengakui kesalahannya.

Namun, karena hati telah diberikan pada syetan dan hawa nafsu selama ini, Anisah merasa masih sulit menghilangkan bayangan Fatih dari pikirannya. Hatinya telah terpaut pada Fatih. Sehingga tanpa diketahui oleh Sidiq, Anisah menghubungi Fatih lewat telpon. Ia menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya pada Fatih dan tentang perasaannya pada Fatih. Rupanya Fatih telah berhasil menjaring mangsanya. Iapun memanfaatkan kesempatan tersebut, ia mulai merayu dan menggombal. Ia berkata,

“Kalau kamu menyukai dan mencintai saya, tinggalkanlah suamimu! Minta cerailah darinya! Saya akan datang untuk melamarmu dan kamu akan hidup tentram dan bahagia dengan saya.”

Anisah yang telah goyah dan lemah imannya ini mulai terpedaya dengan bujuk rayu dan janji-janji Fatih. Ia telah dipengaruhi oleh syetan dan nafsu, ia lebih memilih Fatih dari pada suaminya. Anisah tidak sadar bahwa syetan dan nafsu sedang menipunya dan ingin menghancurkan dirinya dan kehidupan rumah tangganya.

Akhirnya, Anisah minta cerai pada Sidiq. Dan terjadilah perceraian yang tidak diharapkan tersebut. Anisah pulang kerumah orang tuanya. Keluarganya sangat menyesalkan perceraian tersebut. Dan mulailah Anisah berhubungan dengan Fatih. Fatih sering datang kerumah Anisah dan terkadang mengajaknya keluar rumah, dengan mobil mewah yang dimiliki Fatih.

Hari dan minggu terus berganti, namun Fatih belum juga melamar Anisah. Mereka masih menjalani pacaran. Sampai pada suatu malam, Fatih mengajak Anisah menginap di sebuah hotel dan pada malam itu terjadilah perselingkuhan,terjadilah hubungan yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, mereka berzina. Mereka telah dikuasai oleh hasrat nafsu dan syetan.

Hari dan bulan terus berganti, tapi Fatih belum juga datang untuk melamar Anisah. Anisah sangat gelisah dan tidak bisa tenang, ia selalu diberi janji yang tak pasti. Dan sampai pada suatu hari Fatih berkata pada Anisah,

” Wahai wanita yang hina, apakah engkau mengira aku akan menikah dengan wanita seperti dirimu, tidak akan pernah! Aku tidak akan mau menikah dengan wanita murahan seperti dirimu. Engkau tidak lagi berharga, engkau adalah wanita kotor dan hina, engkau tidak layak menikah dengan pemuda terpandang seperti diriku. Aku yakin, kalau sekali sudah berkhianat, kelak engkau berkhianat lagi. Kalaupun engkau kunikahi, kelak bila engkau bertemu pemuda yang lebih ganteng dan lebih kaya dariku pasti engkau akan meninggalkan diriku, sebagaimana engkau telah meninggalkan suami mu yang baik-baik itu. Dan aku tidak mau hal itu terjadi pada diriku, sekarang pergi engkau dari sisiku! Jangan temui aku lagi, aku tidak mau lagi melihat mukamu, aku sudah muak dengan dirimu.”

Anisah pun berlalu pergi dengan membawa luka mendalam di hatinya. Hidupnya telah hancur. Masa depannya telah gelap. Ia telah salah selama ini menilai. Ia telah tertipu dan terpedaya. Penyesalan tidak ada lagi gunanya. Kembali pada suami yang pertama, tak akan mungkin suaminya mau menerima dengan keadaan dirinya saat ini, kembali pada keluarganya, ia merasa malu, ia tidak tahu harus melangkah kemana dan mengadu pada siapa. Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengadukan segala kelukaan dan kesalahan yang dilakukan selama ini. Anisah telah menyadari kekeliruannya dan sangat menyesal atas apa yang telah ia lakukan. Tapi, semuanya sudah terlambat.

* * *

Kisah diatas telah memberi kita pelajaran berharga, pelajaran yang sangat berguna dalam kehidupan kita. Bagaimanapun baik dan solehnya seseorang namun ia tidak akan bisa selamat dan bisa memelihara dirinya jikalau ia sendiri telah memberikan dirinya untuk di belenggu syetan dan hawa nafsu. Kisah diatas hanya satu dari puluhan dan bahkan lebih, dari kisah-kisah yang pernah terjadi. Betapa sering hubungan rumah tangga retak dan pecah karena tidak terkontrolnya dan terjaganya interaksi dengan lawan jenis.
(sumber:blogspot)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Namun, tak hanya pria. Banyak juga wanita yang memiliki maksud 'jahat' dan hanya ingin mempermainkan pria. Tapi.....ada juga yang tidak bermaksud mempermainkan pria, tidak bermaksud tebar pesona, tapi kok malah diklaim sebagai wanita penggoda.

Tebar pesona bisa terjadi karena disengaja maupun tidak. Semuanya bermula dari bagaimana seseorang membawa dirinya.

Biasanya seorang wanita dapat menebar pesona ketika dia mulai mengenakan pakaian-pakaian seksi, atau pakaian-pakaian yang dapat menonjolkan kecantikan dan keanggunannya. Namun, hal ini merupakan faktor kecilnya saja.

Hal yang paling berperan dalam tebar pesona ini adalah sikap seorang wanita pada lawan jenisnya. Care atau perhatian seorang wanita sering kali disalah artikan lain oleh si pria (demikian juga sebaliknya, pria pada wanita).

Maksud hati hanya sekedar care sebagai teman, namun yang menerima care tersebut sudah mulai berbunga-bunga. Jadi, hati-hati!

Sebagai wanita, kita wajib menjaga hati kita. Jangan mudah besar kepala jika kita mulai diperhatikan oleh lawan jenis! Sebab bisa jadi pria tersebut juga care dan manis pada wanita lainnya.

Demikian juga, kita harus menjaga sikap kita. Jika kita tidak tertarik pada seorang pria yang terlihat mulai pdkt, ada baiknya jika kita lebih menjaga sikap. Jangan beri pria harapan palsu! Anda juga tidak mau kan jika diberi harapan palsu?!

Ingat, jadilah wanita yang mahal!

Jangan mudah terpesona dan juga jangan suka tebar pesona 
Jadi, jaga sikap Anda!
(Sumber:fb-kisahjeritanhati)
(Image:google)
[ Read More ]

Posted by PONDOK TNUR - - 0 komentar

Namanya Mungky. Ia tinggal di sebuah desa di kota kecil yang terletak di propinsi Jawa Tengah.

Wajahnya cantik. Kulitnya putih bersih. Ia kembang sekolah. Banyak yang menyukainya, dan ingin menikahinya. Begitu lulus SMA, pintu pernikahan menjemputnya. Ia menikah dengan seorang PNS yang bekerja di sebuah kantor pemerintah. Secara ekonomi ia tak mengalami masalah. Kebahagiaan melingkupinya.

Lahir anak pertama. Cantik rupanya. Seperti dirinya, bayi perempuan itu berkulit putih bersih, dan tumbuh menjadi balita cantik yang menarik. Kebahagiaan menyelimutinya. Tibalah suatu masa. Suaminya berperangai aneh. Kepadanya dikatakan bahwa ia, sang suami, tengah menimba ilmu kedigdayaan, ilmu kesaktian. Tiap siang menjelang, saat mentari terik memanggang, suaminya akan berdiri atau duduk terpekur di halaman dan memandang mentari yang bersinar terang. Di bawah panas yang memanggang, bola matanya tak lepas memandang langit, memandang pendaran matahari yang teramat menyilaukan. Begitu setiap hari. Hingga kemudian perangai anehnya semakin menjadi-jadi. Ia telah gila. Suara yang keluar tak lagi bermakna. Matanya tak lagi bercahaya. Rautnya kusam dengan rambut dan sekujur badan yang semakin tak tertata. Kegilaannya makin “matang”. Jauh dari alam kesadaran.

Sang Ibu muda tetap tabah. Diperlakukannya suaminya dengan baik. Terkadang suaminya “normal”. Lalu kembali kambuh. Kembali normal. Kembali kambuh. Dan seterusnya. Lahir anak kedua. Anak ketiga. Semua normal, dengan fisik sempurna dan rupa indahnya. Suatu saat, anak perempuan pertamanya, yang kala itu telah duduk di bangku SD, mengeluh sakit kepala. Tiba-tiba ia berperangai aneh. Berbicara dan tertawa tiada henti, tanpa ada yang mengerti. Selanjutnya berkicau tanpa sebab. Dan lambat-laun, ia berperilaku seperti bapaknya. Orang-orang bilang ia telah gila, mewarisi bapaknya.

Mungky tenggelam dalam kepedihan. Orang-orang yang dicintainya jatuh berguguran. Bersuami “angot-angotan”, sebentar gila sebentar normal, dan sekarang anak perempuannya, menyusul sakit seperti bapaknya. Ia upayakan kesembuhan untuk suami dan anaknya. Tapi kesembuhan tak juga didapatkannya. Suatu masa, Mungky kembali hamil. Desa geger. Ia hamil dalam waktu cukup lama, melampaui wanita hamil yang biasanya. Saat dokter kandungan dikunjunginya, barulah ia tahu bahwa bukan janin yang dikandungnya, melainkan tumor yang berada di perutnya. Operasi dilakukan kepadanya. Dan tumor seberat 5 kilogram berhasil dikeluarkannya.

Beberapa tahun kemudian, kembali ia hamil. Tak putus dirundung malang. Bayi yang dilahirkan memiliki kelainan pada kepala. Ia terpana. Tapi tak memiliki daya apa-apa. Kepala bayi terus membesar, membesar dan membesar dengan cairan yang lengket di kepalanya. Ia tak bisa mengangkat bayi tersebut lantaran ukuran kepalanya yang sangat melebihi ukurak kepala normal bayi umumnya. Cukup lama Mungky meratapi bayi malangnya. Hingga kemudian, sang bayi pun berpulang.

Sampai di situkah derita Mungky, sang Ibu muda yang selalu dirundung malang? Ternyata tidak.

Suami dan anak pertamanya semakin parah; mereka benar-benar telah kehilangan akal warasnya. Gila. Mandi pun tak mau lagi dilakukan oleh mereka. Makan pun tidak. Masing-masing tenggelam dalam alam kegelapannya. Mungky terus berjuang, merawat suami dan anak sulungnya, anak perempuannya, dengan penuh kasih-sayang. Ia mandikan mereka, ia suapi mereka, walau berontak dan caci-maki selalu keluar dari mulut mereka. Suami dan anaknya berada dalam kamar terpisah. Kamar yang gelap, tanpa penerangan di dalamnya. Setiap melihat cahaya, mereka berteriak dan memberontak.

Sudah jatuh tertimpa tangga. Anak kedua Mungky, gadis cantik berkulit putih yang telah duduk di bangku SMA, tiba-tiba menjerit-jerit usai pulang sekolah. Ia berteriak mengalami sakit kepala. Sampai akhirnya, nasib kembali menggiringnya, berperangai aneh seperti bapak dan kakak perempuannya. Ia sering terlihat diam membisu dengan tatapan mata yang kosong. Tiba-tiba menangis. Tiba-tiba tertawa, Tanpa sebab.

Mungky berenang dalam lautan derita. Derita berkepanjangan.Dosa apa yang ia lakukan hingga azab bertubi-tubi menimpanya? Apa yang bisa ia lakukan ditengah kumpulan suami dan anak dalam derita sakit yang tak sewajarnya? Tiga anggota keluarganya terserang sakit gila. Tumor kandungan menimpanya. Bayi yang dilahirkannya meninggal dengan penyakit kepala yang memilukan. Ada apakah di balik derita berkepanjangan ini? Mengapa semuanya ditimpakannya kepadanya? Apa salah dan dosaku??

Mungki selalu mengadu pada Ibuku, perempuan tua yang senantiasa mau menampung keluh-kesahnya. Sebab ibu kandungnya sama sekali tak mau mendengar sedu-sedannya. Kepada Ibuku ia ceritakan samudra deritanya; lautan kepedihannya; dan bukit permasalahannya. Ia tak memiliki tempat mengadu. Hidup berteman susah, berkawan lelah. Kepada siapa ia sandarkan beban beratnya? Dan Ibuku selalu memberinya semangat, semangat, dan semangat. Dan Ibuku mengajarkannya melafaskan doa, mendekat padaNya, bersabar atas ketentuanNya.

Mungky belum merdeka. Kudengar ia meminjam uang puluhan juta rupiah demi pengobatan anak-anak dan suaminya. Tapi belum membuahkan hasil. Mungky yang cantik, Mungky yang selalu berusaha tersenyum di balik derita panjang, mencoba bertahan dalam keterseokan. Rambutnya telah memutih.

Mungky selalu tersenyum. Itu yang kulihat setiap aku berjumpa dengannya. Dengan jilbab yang menutupi kepalanya, ia terlihat masih segar dan cantik. Subhanallah, siapa yang mampu bertahan dalam gelombang derita panjang yang tak berkesudahan? Tapi ia tak mengeluh. Hanya kepada Ibuku ia mengadu. Ibu kandungnya, tak pernah menghiraukannya.

Aku berkaca pada wanita muda itu. Penderitaan demi penderitaan selalu menghampirinya. Kesusahan hidup selalu menderanya. Tapi ia tabah. Sabar. Mendekat pada Tuhan. Tetap tersenyum,dalam derita tak terperikan.

Sungguh, ia wanita tangguh. Wanita pilihan yang patut dijadikan cermin dalam kesabaran dan ketabahan. Ia tak pernah meminta akan takdir hidup yang ia terima. Tapi Tuhan memberinya. Dan pasti ada hikmah yang tersembunyi di baliknya. Tuhan tak akan menimpakan sesuatu hal, melebihi batas kemampuan yang dimiliki hambaNya. Jika Mungky hidup dengan lautan derita seperti itu, berarti ia memang tangguh dan mampu menanggung beban serta mampu mengatasi persoalan dan memaknai derita itu, sebagai bagian dari ketentuan yang harus diterima dengan khusnuzon dan lapang dada.

Aku menaruh hormat pada wanita tabah itu. Kabar terakhir yang kudengar, ia tengah memperbaiki rumahnya yang rusak parah dengan dana pinjaman dari bank, dan ia mengangsurnya dengan uang pensiun suaminya. Sementara, pengobatan ke dokter syaraf terus ia lakukan atas suami dan anak-anaknya, di tengah ketidakpastian kesembuhan sakit jiwa mereka…..***
(sumber:blog Lautan Cerita)
(Image:google)
[ Read More ]