" Banyak perempuan yang sukses sebagai wanita karier, tapi TIDAK sedikit perempuan yang gagal menjadi seorang IBU.."
Itulah satu pernyataan yang tertulis dari salahsatu anggota di grup facebook Menuju Keluarga Cerdas yang saya naungi. Pernyataan tersebut membuat saya berpikir dan merenungi betapa kentaranya kenyataan yang ada atas keberadaan sosok seorang wanita dengan eksistensinya di jaman serba teknologi ini.
Itulah satu pernyataan yang tertulis dari salahsatu anggota di grup facebook Menuju Keluarga Cerdas yang saya naungi. Pernyataan tersebut membuat saya berpikir dan merenungi betapa kentaranya kenyataan yang ada atas keberadaan sosok seorang wanita dengan eksistensinya di jaman serba teknologi ini.
Perempuan yang sukses sebagai wanita karir dalam dunia kerjanya menurut saya bisa terwujud karena sebagian wanita menjadikan karir suatu bagian dari cita-cita, target, dan bahkan kebanggaan yang akan menaikkan statusnya dalam sosialitanya, sehingga untuk mewujudkannya diperlukan kerja keras, kesungguhan belajar mengejar targetnya, dan bahkan dengan segala cara yang baik atau yang tidak baik. Dan akhir dari semua itu tentunya bisa menjadi wanita karir yang sesuai dengan harapannya.
Seorang Ibu yang sukses dalam rumah tangganya adalah seorang wanita yang menyadari lahiriahnya sebagai wanita yang harus bisa membina rumahtangganya dengan baik sehingga terwujud keluarga sakinah, mawadah, warrohmah. Yang berawal dari sebuah keinginan untuk menjadi istri sholehah bagi suaminya dan menjadi ibu teladan bagi anak-anaknya, sehingga tidaksedikit usaha kerja keras untuk selalu belajar membina rumahtangganya sebaik-baiknya.
Perempuan yang sukses dalam karir dan sukses menjadi seorang ibu dalam rumahtangganya adalah gelar yang patut diacungi jempol, karena kedua kesuksesan itu berarti wanita tersebut berhasil menyeimbangkan dirinya dalam menjalani tugasnya dan mampu mewujudkan apa yang diharapkannya sesuai keeksistensian keberadaannya di dunia ini tanpa mengorbankan salahsatunya dan tanpa melawan kodratnya.
Perempuan yang sukses menjadi ibu dalam rumahtangga, tapi TiDAK sukses dalam karir adalah seorang perempuan yang cenderung mencintai keluarganya dan ingin menciptakan rumahtangganya yang harmonis sesuai syar'i dan norma-norma kewajaran dalam hubungan berumahtangga, tetapi tidak banyak berharap akan jenjang karir karena selain faktor ekonomi yang tidak terlalu terdesak terkadang karena ketidakadaan bakat/minat terjun dalam karir dan terkadang pihak suami tidak memberi ijin istri untuk berkarir, sehingga pemikiran dan waktunya hanya fokus untuk urusan rumahtangganya semata.
Perempuan yang sukses dalam karir dan sukses menjadi seorang ibu dalam rumahtangganya adalah gelar yang patut diacungi jempol, karena kedua kesuksesan itu berarti wanita tersebut berhasil menyeimbangkan dirinya dalam menjalani tugasnya dan mampu mewujudkan apa yang diharapkannya sesuai keeksistensian keberadaannya di dunia ini tanpa mengorbankan salahsatunya dan tanpa melawan kodratnya.
Perempuan yang sukses menjadi ibu dalam rumahtangga, tapi TiDAK sukses dalam karir adalah seorang perempuan yang cenderung mencintai keluarganya dan ingin menciptakan rumahtangganya yang harmonis sesuai syar'i dan norma-norma kewajaran dalam hubungan berumahtangga, tetapi tidak banyak berharap akan jenjang karir karena selain faktor ekonomi yang tidak terlalu terdesak terkadang karena ketidakadaan bakat/minat terjun dalam karir dan terkadang pihak suami tidak memberi ijin istri untuk berkarir, sehingga pemikiran dan waktunya hanya fokus untuk urusan rumahtangganya semata.
" Banyak perempuan yang sukses sebagai wanita karier, tapi TIDAK sedikit perempuan yang gagal menjadi seorang IBU.."
Sebagaimana yang terurai diatas bahwa sebagian wanita karir yang menjadikan karir suatu bagian dari cita-cita, target, dan bahkan kebanggaan yang akan menaikkan statusnya dalam sosialitanya, sehingga untuk mewujudkannya diperlukan kerja keras, kesungguhan belajar mengejar targetnya, dan bahkan dengan segala cara yang baik atau yang tidak baik. Dan akhir dari semua itu tentunya bisa menjadi wanita karir yang sesuai dengan harapannya,. Tetapi tidak sedikit para wanita karir ini dan sebagian wanita tanpa karir pun biasanya berpikir untuk menjadi seorang ibu itu bisa terwujud tanpa harus menjadikannya bagian dari cita-cita, target, apalagi impian, karena tanpa itu semua secara lahiriah lambat-laun seorang wanita akan menjadi seorang ibu dari anak-anaknya ataupun jadi ibu dari setiap anak-anak disekitarnya. Mungkin karena paradigma seperti itulah sehingga sebagian wanita merasa tidak perlu kerja keras dan bersungguh-sungguh mewujudkannya karena pasti akan terjadi jika sudah jadi taqdirnya kelak.
pemikiran hal inilah yang membuat eksistentinya dalam membina rumahtangga tidak terealisasi dengan baik dan terkesan asal-asalan menjalani perannya sebagai ibu dan bahkan tidak sedikit gagal total menjadi seorang ibu dalam rumahtangganya.
Dan kriteria terakhir adalah perempuan yang TIDAK sukses dalam karir dan TIDAK sukses menjadi seorang ibu adalah hal yang paling memilukan bagi seorang wanita karena ini membuktikan bahwa dirinya tidak menyadari siapa dirinya dan untuk apa terlahir di dunia ini. ketiadaannya pemahaman baik dalam hal agama ataupun sosialisasi berwawasan dalam lingkungannya membuat wanita tersebut seolah acuh dengan jalan hidupnya. Faktor kebutuhan dan orang-orang disekitarnya sangat berpengaruh dalam pembentukan pemikiran dan kateristik seseorang.
Semoga kita sebagai sosok perempuan menyadari perannya dan mampu mengolah kemampuannya secara positif sehingga tidak terjerumus dalam ideologi dan keegoisan semata yang hanya membuat dirinya terperosok dalam ketidakberdayaan atau penindasan zaman dan kemaslahatan.
Sebagaimana yang terurai diatas bahwa sebagian wanita karir yang menjadikan karir suatu bagian dari cita-cita, target, dan bahkan kebanggaan yang akan menaikkan statusnya dalam sosialitanya, sehingga untuk mewujudkannya diperlukan kerja keras, kesungguhan belajar mengejar targetnya, dan bahkan dengan segala cara yang baik atau yang tidak baik. Dan akhir dari semua itu tentunya bisa menjadi wanita karir yang sesuai dengan harapannya,. Tetapi tidak sedikit para wanita karir ini dan sebagian wanita tanpa karir pun biasanya berpikir untuk menjadi seorang ibu itu bisa terwujud tanpa harus menjadikannya bagian dari cita-cita, target, apalagi impian, karena tanpa itu semua secara lahiriah lambat-laun seorang wanita akan menjadi seorang ibu dari anak-anaknya ataupun jadi ibu dari setiap anak-anak disekitarnya. Mungkin karena paradigma seperti itulah sehingga sebagian wanita merasa tidak perlu kerja keras dan bersungguh-sungguh mewujudkannya karena pasti akan terjadi jika sudah jadi taqdirnya kelak.
pemikiran hal inilah yang membuat eksistentinya dalam membina rumahtangga tidak terealisasi dengan baik dan terkesan asal-asalan menjalani perannya sebagai ibu dan bahkan tidak sedikit gagal total menjadi seorang ibu dalam rumahtangganya.
Dengan adanya perbedaan yang kentara antara seorang wanita karir yang sukses di kantor dan seorang ibu yang sukses di rumahtangganya menunjukkan bahwa masih banyak wanita yang belum menyadari sepenuhnya atas keeksistensian keberadaannya di dunia ini. Dan itulah ironinya sehingga dalam setiap Daftar Riwayat Hidup tidak ada status atau pengalaman kerja yang tertulis sebagai jabatan seorang ibu, kecuali pengalaman kerja dari berbagai jabatan karir yang keren dan tinggi statusnya, padahal menjadi seorang ibu adalah jabatan yang paling penting untuk setiap wanita dan paling banyak rintangan serta tanggungjawabnya dalam menjalani segala macam urusan rumahtangga seperti layaknya jantung dalam sebuah perusahaan besar.
Dan kriteria terakhir adalah perempuan yang TIDAK sukses dalam karir dan TIDAK sukses menjadi seorang ibu adalah hal yang paling memilukan bagi seorang wanita karena ini membuktikan bahwa dirinya tidak menyadari siapa dirinya dan untuk apa terlahir di dunia ini. ketiadaannya pemahaman baik dalam hal agama ataupun sosialisasi berwawasan dalam lingkungannya membuat wanita tersebut seolah acuh dengan jalan hidupnya. Faktor kebutuhan dan orang-orang disekitarnya sangat berpengaruh dalam pembentukan pemikiran dan kateristik seseorang.
Semoga kita sebagai sosok perempuan menyadari perannya dan mampu mengolah kemampuannya secara positif sehingga tidak terjerumus dalam ideologi dan keegoisan semata yang hanya membuat dirinya terperosok dalam ketidakberdayaan atau penindasan zaman dan kemaslahatan.
(oleh:tati nuraeni)