Selain sebagai sarana pendidikan dan teknologi zaman sekarang ternyata berdasarkan penelitian, mereka yang keranjingan nonton TV bukan hanya terkesan tak peduli pada orang di sekitar, melainkan juga memasuki kondisi trance atau kerasukan. Selain itu:
* Kemampuan metabolismenya (kecepatan tubuh membakar kalori) menurun drastis dibanding dalam kondisi aktif maupun istirahat. Diduga, inilah yang jadi salah satu penyebab kegemukan. Disamping, kencerungan ngemil selagi nonton atau jadi korban iklan untuk mencicipi makanan yang "salah" semisal junk food.
* Aktivitas fisik, intelektual, dan sosial anak jadi kurang memadai atau bahkan tak ada sama sekali. Bukankah bila sedang asyik nonton, anak ogah membaca buku atau bermain dan berlari-lari dengan temannya, hingga tak memancing anak untuk melatih otot-otot tubuh dan pikirannya?
* Menyaksikan adegan kekerasan akan membentuk tingkah laku agresif; paling tidak melemahkan atau bahkan melumpuhkan kepekaan anak terhadap kekerasan. Bukan mustahil anak akan menganggap aneka bentuk kekerasan sebagai hal biasa dan wajar-wajar saja.
* Menyuburkan rasa takut karena anak masih sulit membedakan kenyataan dan khayalan. Mereka menangkap kengerian dari cerita fantasi yang ditontonnya sebagai kenyataan, hingga akan memperbesar peluang mengalami mimpi buruk.
* Anak mendapat nilai-nilai hidup yang meragukan. Meski banyak acara anak yang berusaha menanamkan nilai-nilai positif seperti toleransi, berbagi, keramahan, kebaikan dan kejujuran, namun tak sedikit pula yang justru "menawarkan" hal-hal negatif semisal kekerasan, kebohongan, atau kemunafikan.
* Banyak orang tua, terutama yang merasa diri super sibuk, berpaling pada "pengasuh" elektronik ini. Saat menghadapi kerewelan dan kebosanan anak, mereka dengan sigap langsung menyalakan TV, hingga kreativitas menghadapi masalah juga tak terlatih. Anak yang diperlakukan demikian akan cenderung menjadi orang yang tak mampu menghadapi gelombang pasang surut kehidupan. Bukannya menghadapi masalah dan mencari jalan keluarnya, tapi melarikan diri dan ambil jalan pintas.
* Anak cenderung jadi pelajar pasif, cepat bosan, dan tak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, ia gagal mengakrabkan diri dengan buku. Padahal, aspek ini berkaitan erat dengan perkembangan intelektualnya.
* Program TV umumnya tak menantang kreativitas anak untuk menciptakan ide-ide baru karena acara itu sendiri sudah tuntas "menyelesaikan" tugasnya dan anak terima jadi. Mengapa tak memanfaatkan TV untuk merangsang perkembangan pengamatan anak, misal, "Apa yang baru dilakukan anak-anak dalam cerita itu, ya?" atau, "Bisakah kita membuat boneka kertas seperti yang mereka buat tadi?"
* Keluarga yang nonton TV sepanjang hari, secara bertahap bisa menjauh dan hanyut terbawa arus karena masing-masing sudah tenggelam dalam dunianya sendiri. Akibatnya, interaksi di antara mereka rendah sekali; sedikit ngobrol, berbagi ide dan perasaan, ataupun bertukar pandangan/nilai-nilai. Lebih baik adakan kegiatan yang dapat mengakrabkan keluarga seperti masak, berkebun, berenang, kegiatan seni, dan jalan-jalan ke taman atau museum. Jikapun ingin nonton bersama, lakukan kegiatan lain semisal permainan atau diskusi tentang apa yang ditayangkan di TV.**(Detikcom)**
Silahkan tulis komentar ttg info ini atau share pengalaman ttg info ini...trims...:)
waspadai&dibatasi anak2 nonton tv ya bunda...spy thindar dr efek buruknya...