Allah Swt. memberikan pesan atau amanah kepada setiap manusia. Tidak mungkin manusia diciptakan oleh Allah tanpa ada tanggung jawab dari kewajiban yang harus dilaksanakan. Tentunya amanah tersebut adalah potensi pada diri setiap manusia. Potensi atau kemampuan itulah yang harus dicari dan digali. Baru kemudian mengarahkan potensi tersebut untuk hal-hal positif. Sekarang, tinggal bagaimana memanfaatkan kemampuan tersebut untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang dapat menjalankan isi Al-Qur’an dan sunnah, serta mensyi’arkan apa yang telah didapat dan dipelajari demi kesejahteraan umat dan agama Islam di muka bumi.
Pengertian Muslimah
Secara garis besar, pengertian Muslimah adalah seorang wanita yang berpegang teguh pada ajaran Islam. Menjadi seorang Muslimah yang baik akan senantiasa berusaha istiqomah dengan akhlak yang baik dan pakaian syar’i yang telah diatur oleh Allah Swt. dalam QS.Al-Ahzab (33):59, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri ornag Mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu.”
Muslimah Berpotensi
Berbicara mengenai kemajuan sebuah bangsa, tentu dibutuhkan sebuah standar atau syarat-syarat sebagai acuan, seberapa jauh-kah kemajuan bangsa Indonesia. Saat ini, persaingan di berbagai bidang semakin nyata. Dimana pun orang yang tepakai adalah yang memiliki banyak kompetensi atau keahlian. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan samasekali, bersiaplah untuk tertindas dan tertinggal oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus melaju. Tidak hanya life skill, kecerdasan spiritual pun harus dipersiapkan. Seseorang, khususnya seorang muslimah harus paham, dimana letak potensi dirinya sebagai seorang khalifah. Seorang muslimah yang memiliki keahlian tertentu, dapat memberikan kontribusi lebih besar kepada keluarga, masyarakat, serta bangsa. Selain menjadi sarana untuk beramal sholeh dan mendapat pahala, tak dipungkiri bahwa penghasilan pun akan mengikuti.
Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya Kebebasan Wanita, mengingatkan kita tentang pentingnya menyediakan pendidikan yang cocok bagi wanita dengan dua tujuan khusus, yaitu agar memiliki kemampuan untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak, serta menguasai keahlian tertentu yang dapat dimanfaatkan kapan saja dan untuk siapa saja. Meskipun Allah menyampaikan pesan dalam QS. An-Nisa’ (4):34 bahwa… Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan)…
Pernyataan tersebut bukan berarti menunjukan bahwa seorang wanita (Muslimah) hanya bersantai dan tidak melakukan apapun. Muslimah pun harus mempunyai andil dalam menyejahterakan kehidupan keluarga dan bangsa.
Pujian bagi wanita yang bekerja dilontarkan oleh Ummul Mukminin Siti Aisyah, “…aku belum pernah sama sekali melihat wanita yang lebih baik dalam soal agama dibandingkan dengan Zainab (binti Jahsy), paling takwa kepada Allah, paling benar dalam bicara, paling suka menyambung silaturahmi, serta paling suka mengorbankan dirinya untuk pekerjaan yang dengan pekerjaan itu dia bisa bersedekah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.” (HR. Muslim).
Muslimah Bekerja
Tak ada istilah ‘wanita pingitan’ dalam kamus Islam. Al-Qur’an pun tidak mencantumkan bahwa tugas wanita hanya di dapur, sumur, dan kasur. Wanita adalah sosok yang sangat dimuliakan dalam Islam.
Sebuah contoh dari seorang Siti Khodijah, seorang pebisnis ulung dan Ummu Sulaim, seorang penulis andal. Mereka adalah para istri Nabi Saw. Itu berarti, Rasulullah Saw. juga merestui para muslimah bekerja.
Seorang Syeikh ditanya tentang hukum wanita bekerja dan lapangan pekerjaan apa yang cocok untuk muslimah. Syeikh tersebut menyatakan bahwa tidak seorang pun ulama yang melarang kaum wanita untuk bekerja mencari uang. Perbedaan pendapat hanya terjadi mengenai lapangan pekerjaan apa yang boleh dirambah oleh kaum wanita.
Sebenarnya, tugas utama seorang istri adalah menyelesaikan urusan rumah tangga; seperti mencuci, memasak, mengurus rumah, dan segala keperluan lainnya. Meskipun hal ini terlihat seperti sebuah pekerjaan ringan dan remeh, tugas ini memiliki nilai yang sangat tinggi di hadapan Allah Swt.
Lalu, pekerjaan seperti apa yang boleh dilakukan seorang muslimah diluar rumah? Syeikh bin Baz mengatakan bahwa pekerjaan yang paling sesuai adalah menjadi seorang guru atau pedagang. Sementara pekerjaan yang dilarang adalah pekerjaan yang memungkinkan muslimah itu berdua-duaan dengan yang bukan muhrim, pekerjaan yang membuat dirinya lalai pada pekerjaan rumah tangga, dan bekerja tanpa izin keluarga atau suaminya. Ini juga merupakan pekerjaan yang dilarang oleh agama. Mungkin sekilas terlihat cukup rumit. Namun, yakinlah bahwa Allah Swt. menginginkan yang terbaik untuk hambaNya. Dan, dengan melaksanakan aturan inilah Islam melindungi muslimah dari malapetaka.
Jadi, bila selama ini orang Barat selalu memojokkan umat Islam dengan mengatakan bahwa Islam telah mengekang para wanita di dalam rumahnya; itu semua bohong besar. Islam memberikan hak kepada wanita untuk berkontribusi di wilayah publik. Misalnya, menjadi seorang guru, tenaga medis, penulis, insinyur, dan berbagai profesi lainnya. Tentunya dalam menjalankan aktivitas-aktivitas tersebut, seorang muslimah harus menjaga dirinya dan senantiasa berpegang pada ajaran Islam agar apa yang telah dilakukan tidak sia-sia.
Muslimah, Melahirkan Arsitek Peradaban Bangsa
“Keadaan Wanita itu adalah pertanda atau pengukur atas masyarakat, pengukur dunia yang fana, serta pengukur bagi akhirat pula. Dari surga atau nerakaNya”
(Kasman Singodimejo – dalam surat untuk putrinya).
Wanita memiliki kelembutan, dapat berpikir, dan bernegosiasi. Mampu berdiri malawan ketidakadilan. Menerima apabila melihat yang lebih baik. Ia memiliki kekuatan untuk mengatasi hidup melebihi seorang laki-laki. Allah memberikan kepada wanita sebuah kekuatan untuk mengatasi banyak hal yang luar biasa. Seorang wanita mampu bekerja 18 jam sehari. Apa yang dimiliki seorang muslimah yang cerdas dan mengamalkan apa yang telah dipelajarinya dapat menjadi aset sebuah Bangsa. Wanita adalah perhiasan dunia. Jika seorang wanita buruk akhlaknya, maka buruk pula kondisi dunia. Jika baik akhlaknya, maka baik pula kondisi dunia. Hal itu dikarenakan peran wanita, yaitu mencetak generasi yang tangguh. Menjadi Madrasah umat dengan memberikan pendidikan akhlak dan pendidikan akademis secara seimbang. Melalui seorang Muslimah, dibangunlah sebuah karakter berkualitas, cerminan dari sebuah agama suci. Generasi penerus bangsa dipupuk dengan ajaran Islam. Ajaran Rahmatan Lil Alamin. Ajaran yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka, melalui mereka-lah para generasi penerus mendapatkan sebuah pedoman hidup dan pedoman untuk memajukan potensi diri dari apa yang diajarkan semenjak dini. Seorang Muslimah memberikan kualitas ilmu terbaik yang dimiliki demi sebuah langkah besar. Langkah penentu masa depan bangsa sekaligus dunia. Seorang wanita, khususnya Muslimah, tak sekedar dididik untuk mengenyam pendidikan. Namun, seseorang yang sudah bertekad menjadi seorang Muslimah sejati akan senantiasa menyesuaikan karakternya dengan yang Islam perintahkan. Apapun akan ia lakukan demi agamanya walaupun harus mengorbankan nyawa. Termasuk mengamalkan apa yang ia peroleh untuk generasi muda.
Ada sebuah cerita dari seorang Ibu yang hebat. Beliau adalah Ibu Yoyoh Yusroh, seorang anggota legislatif DPR RI. Beliau memiliki tiga belas orang anak dan sukses mendidik anak-anaknya dengan nilai-nilai Islam ditengah kesibukan yang tak hanya di DPR. Beliau pun aktif di LSM, kegiatan kepartaian, dan sering diminta untuk mengisi acara seminar dan kajian Muslimah.
Presiden Theodore Roosevelt pernah mengatakan, “Perbuatlah sebisa Anda, dengan apa yang Anda punyai, dimanapun Anda berada.“ Seseorang yang sukses harus mau berbuat untuk meraih kesuksesan itu dan pandai memanfaatkan waktu yang tersedia. Seorang ulama besar, Ibnu Qayim Al-Jauziyah pun pernah mengatakan hal serupa, “Orang yang berakal mengerti bahwa dunia ini tidak diciptakan hanya untuk mencari kesenangan didalamnya. Karenanya, dalam kondisi apapun, dia harus konsisten dalam menggunakan waktunya secara tepat.”
Oleh karena itu, seorang Muslimah sejati yang telah benar-benar mengerti makna serta hakikatnya sebagai hamba Allah Swt. tak akan pernah berhenti dan jemu untuk bergerak. Selagi masih berkesempatan untuk hidup, seluruh waktunya akan didedikasikan untuk orang banyak. Seorang Muslimah memiliki semangat berjuang tinggi. Tak hanya bermodal semangat saja, raga dan pikiran mereka pun mendukung ke arah kemajuan. Seorang Muslimah mampu meredam kemelut dengan sabar dan kasih. Jadi, hidup tak hanya berjalan dengan logika, tetapi juga bergerak dengan kasih sayang. Tak ada kekerasan, hanya ada kedamaian dan tak ada pula egoisme. Seorang Muslimah mampu bergerak dalam berbagai bidang dengan trampil, ulet, dan cekatan. Kemajuan bangsa, berada pada salah satu jejak Muslimah sebagai salah satu tiang penyangga sebuah negara serta sebagai sosok mulia yang melahirkan arsitek peradaban dunia.
Wallahu’alam Bissawab
**Ditulis pas saya kelas XI SMA, dengan niat yang agak ogah-ogahan ikut lomba Eksmus (Ekspresi Muslimah). Saya nurut aja karna waktu itu disuruh guru. Dengan modal ‘ogah-ogahan’, eh.. ternyata lolos seleksi tahap esai. Lalu, presentasi. Kembali lagi ke niat awal. Karena setengah hati, saya ga lolos seleksi tahap II. Sempet sedih juga, malu juga. Guru saya itu, ternyata berharap banyak sama siswinya yang bandel ini. Guru saya itu, Ya Alloh… beliau… berarti saya menzolimi beliau ya? Astagfirulloh..
**Sekarang, TIDAK ADA LAGI KOSAKATA “OGAH-OGAHAN”!
karena, SAYA ADALAH SEORANG PENULIS.
(Sumber:http://sekarsekarsekar.wordpress.com/tag/muslimah/)
(Sumber:http://sekarsekarsekar.wordpress.com/tag/muslimah/)