Interaksi antara lingkungan dan seorang anak sudah dimulai sejak dalam kandungan. Bahkan, sudah terjadi pada waktu fertilisasi yaitu saat sel sperma suami membuahi sel telur istri, menyatu menjadi satu sel, berubah menjadi beribu-ribu sel, kemudian menjadi lapisan-lapisan dan janin. Berbagai faktor lingkungan yang ada sudah memengaruhi janin yang sedang tumbuh menjadi embrio seorang bayi.
Setelah Sembilan bulan dalam kandungan ibu, terjadilah kelahiran bayi, seorang individu yang saat kelahirkan sudah menjadi makhluk terpisah dari ibunya. Dapat disimpulkan, ada tiga tahap perkembangan yang dialami oleh makhluk individu kecil yang menjadi bayi itu. Pertama, saat terjadi fertilisasi atau konsepsi. Kedua, pada perkembangan prenatal sebelum kelahiran. Ketiga, proses kelahiran itu sendiri, yang semuanya merupakan tahap perkembangan yang bersifat pasif. Perkembangan diri individu merupakan fase aktif karena mencakup semua pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan yang menjadi manusia sadar tentang eksistensinya sebagai individu yang berbeda dari individu lainnya.
Menyajikan lingkungan yang baik sebenarnya berarti juga mengindahkan sifat-sifat alamiah si individu karena bagaimanapun juga perkembangan individu banyak ditentukan oleh benih dari mana ia berasal. Potensi yang dibawa sejak lahir dengan segala keterbatasannya harus menjadi perhatian dalam peran yang dimainkan dalam interaksi dengan lingkungan.
Bagaimana menurut pandangan Islam? Islam telah meletakkan dasar-dasar pendidikan yang parallel dengan aliran konvergensi. Hal ini sesuai Hadits Rasulullah saw :
“ Tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan kecuali menepati fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi. “(HR Bukhari)
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam);(sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.(itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. ”
Sedangkan surah Maryam ayat 28 menjelaskan bahwa factor bakat atau keturunan juga berpengaruh terhadap hasil pendidikan anak. Firman Allah.
“ Wahai saudara perempuan Harun ( Maryam )! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan penzina. ” (Qs. Maryam(19):28)
Ayat diatas diperkuat oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan, diantaranya oleh Tarman terhadap karib kerabat anak-anak yang jenius, jumlah mereka lebih dari seribu anak. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan hasil penelitian terhadap anak-anak yang tidak cerdas. Penelitian ini berkesimpulan bahwa pembawaan berpengaruh terhadap kehidupan anak.
Adapun hal-hal yang menunjang kecerdasan itu diantaranya :
1. Memilih calon pasangan yang baik untuk melahirkan anak sholeh.
Nabi menganjurkan orang yang akan menikah agar memilih atas dasar keturunan, kemuliaan, kesalehan, dan kebaikan. Pilihan yang diajarkan Rasulullah dianggap sebagai hakikat ilmiah dan teori pendidikan dewasa ini. Ilmu keturunan (genetika) menetapkan bahwa sejak lahir bayi mewarisi sifat-sifat moral, fisik, dan intelektual kedua orangtuanya. Ketika memilih suami atau memilih istri itu atas dasar keturunan, kemuliaan, dan kebaikan, tidak diragukan lagi bahwa anak-anak akan tumbuh sebaik-baiknya. Pada saat faktor keturunan yang baik bertemu dengan pendidikan yang mulia pada anak, niscaya anak akan sampai ke puncak beragama dan berakhlak, ia akan menjadi teladan ketakwaan, keutamaan, pergaulan baik, dan akhlak yang mulia.
2. Anjuran menikahi pasangan yang jauh nasab dan keturunannya.
Rasulullah saw.” Janganlah kalian menikahi kerabat karena akan melahirkan anak yang lemah fisik dan otaknya”. Muhammad saw mengatakan, sebaiknya tidak menikahi orang-orang senasab agar anak anda tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah, tidak mewarisi cacat kedua orangtuanya, dan penyakit-penyakit nenek moyangnya, serta memiliki kecerdasan yang tinggi. Hal ini pun sesuai dengan ilmu keturunan (genetika).
3. Memperdengarkan seruan Azan
Hal ini merupakan langkah awal bentuk pengenalan terhadap Allah SWT selaku Pencipta kepada anak ketika baru lahir ke dunia. Saat itu, setelah dibersihkan fisiknya, bayi pun harus batinnya dari sifat-sifat syirik. Kepadanya diinformasikan kalimat tauhid, yakni suara ‘azan’. Diantara hukum yang diisyaratkan Islam bagi anak yang baru dilahirkan ialah mengazani di telinga kanan dan telinga kirinya, langsung pada saat dilahirkan. Seorang anak yang bisa mendengar hal-hal baik ketika msh dikandungan dan setelah dilahirkan akan merangsang otaknya berfungsi lebih baik sebagai contoh suara azan dan menurut penelitian menjelaskan bahwa suara musik terutama alunan surat-surat Al-quran, shalawat, lagu-lagu Islami, dan musik klasik sangat mempengaruhi perkembangan IQ (Intelegent Quotient) dan EQ (Emotional Quotient).
4. Pembelajaran terhadap anak sebelum dan setelah lahir.
Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa bayi yang mendapat stimulasi sejak dalam kandungan kenyataannya mempunyai kecerdasan yang lebih tinggi daripada bayi yang tidak mendapatkan stimulasi. Selain itu, bayi-bayi yang mendapat stimulasi sejak dalam kandungan menunjukkan keriangan, keceriaan, kemampuan dalam menangkap bahasa dan isyarat, dan seterusnya. Hal ini berarti bahwa pendidikan sebelum lahir itu penting. Ketika janin telah diberi ruh-NYA maka ia telah menjadi manusia. Oleh karena itu, kita bisa memahami bahwa mendidik manusia (bayi sebelum lahir) adalah sesuatu yang bisa dilakukan oleh para orangtua. Ketika bayi telah lahir dengan tingkatan umur, orangtualah yang harus menajamkan logika-logikanya.
5. Melatih kecerdasan anak.
Rasulullah bersabda : “ Belajar di waktu kecil ibarat mengukir di atas batu”.
Usia dini merupakan masa-masa emas (golden age). Pada masa ini terjadi perkembangan syaraf otak yang luar biasa. Anak akan mudah sekali menerima informasi dan menyerap fakta yang diinderanya. Dengan begitu, jangan pernah melewatkan masa-masa emas ini karena tidak akan pernah kembali. Mengajarkan Islam pada anak usia dini sangat memungkinkan dilakukan, tentu dengan cara dan bahasa yang tepat sesuai dengan tahap perkembangannya. Selain itu orangtua bisa membiasakan anak untuk membaca, beramal, dan hal-hal lainnya yang bermanfaat untuk masa depan anak.
Demikian beberapa langkah penunjang kecerdasan anak. Mudah-mudahan Allah member kemudahan dan kesabaran dalam membimbing anak-anak kita.
(sumber:GivingIsBelieving, Ust.yusuf.m)