Bayi baru belajar bicara gemar berceloteh, tentu sangat menyenangkan. Tapi bila bayi yang sudah berusia setahun sama sekali belum menunjukkan celotehnya, orang tua hendaknya waspada. Ada kemungkinan anak tersebut menderita ketulian atau gangguan pendengaran. Demikian diungkapkan Dr. Damayanti Soetjipto SpTHTKL(K) saat acara Pengenalan Komite Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian.
“Sebetulnya bayi sudah bisa terdeteksi apakah ia mengalami ketulian atau gangguan pendengaran mulai usia 3 bulan” ujar Damayanti. Penyebab ketulian bayi pada tiga bulan pertama kehamilan, antara lain kekurangan gizi, infeksi virus maupun bakteri, seperti toksoplasmosis, rubella, cytomegalo, herpes, dan sifilis. Bayi dengan kondisi lahir premature, berat badan kurang dari 1500 gram, tindakan dengan alat pada proses kelahiran misalnya, ekstaksi atau forsep, hiperbilirubinema, dan asfiksia atau lahir tidak menangis, juga berisiko mengalami gangguan pendengaran dan ketulian.
“ Bayi yang mengalami faktor risiko tersebut cenderung menderita ketulian 63 kali lebih besar. Namun jika sejak kecil ia sudah memakai alat bantu dengar sebelum berumur 6 bulan, kemungkinan untuk terinterfensi gangguan bicaranya sangat kecil bahkan tidak akan tergangu, “ terang Damayanti.
Selain faktor-faktor resiko tadi, orangtua juga perlu mewaspadai tingkat kebisingan di sekitar anak-anak. Contohnya tingkat kebisingan di arena bermain anak-anak di mal-mal yang berkisar antara 90-95 desibel. Dengan tingkat kebisingan sebesar itu, anak-anak yang berada di tempat tersebut lebih dari 2 jam, akan mengalami kelelahan koklea yang akan menyebabkan gangguan pendengaran menetap.
(sumber:MajalahInspiredkids)