“ Haruskah aku menyerah ya Allah? untuk saat ini lagi lagi aku tidak bisa berfikir,tidak dapat merasa,semuanya terasa hampa. ini hal terburuk yang selama ini aku bayangkan dan saat ini berubah menjadi kenyataan
aku lelah ya Allah, aku harus gimana ...”
Apakah ‘menyerah’ itu manusiawi? Setelah melakukan segala daya upaya untuk memperjuangkan sesuatu yang berharga, tetapi ternyata semua usaha itu sia sia, patutkah ‘menyerah’ menjadi jalan keluar? Apakah ‘menyerah’ menjadi pilihan terpahit yang harus diambil untuk menyudahi peperangan yang begitu menguras tenaga dan pikiran? Apa ukurannya untuk kita mengetahui bahwa kita sudah cukup berjuang? Bahwa kita telah melakukan yang terbaik yang kita bisa, membalut luka setelah sekian kali berdarah ditempat yang itu itu juga, bahwa kita merasa kalau kemampuan itu ada batasnya, dan kadang manusia juga harus tunduk pada keadaan dan ‘menyerah’? Begitukah? Aku bingung.
Entah apa sebenarnya arti kata ‘menyerah’ sendiri buatku. Mungkin situasi dan jalan hidup memberikan kita masing masing persepsi yang berbeda untuk hal ini. Untuk sebagian orang, mungkin ‘menyerah’ dipersepsikan menjadi pasrah, berserah, dan bertawakal. Mungkin untuk sebagian orang, ‘menyerah’ dipersepsikan menjadi mengakhiri hidupnya sendiri. Atau untuk sebagian orang lagi, ‘menyerah’ diartikan sebagai melakukan sesuatu yang ekstrim, melakukan sesuatu yang selama ini tidak berani dilakukan, atau ‘menyerah’ diartikan sebagai menerima kekalahan dengan lapang hati. Atau apalah persepsi persepsi bagi sebagian orang lainnya. Tapi buatku, sampai detik ini, rasanya aku belum pernah merasa ‘menyerah’.**(blogsblh)**
Silahkan tulis komentar ttg info ini atau share pengalaman ttg info ini...trims...:)
smg qt tdk terjebak dlm kepasrahan yg akan mbt masa depan qt terpuruk...bangkitlah&sll optimis...:)
jiwa yang tangguh takkan pernah menyerah meskipun anggota sudah bertindak pasrah...